"Kita hadir di sini untuk bersama melihat paradigma pembangunan kehutanan dan hal-hal yang mungkin bisa diidentifikasi reorientasinya," kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya saat mengawali Expert Meeting Reorientasi Paradigma Pembangunan Kehutanan Indonesia Berkelanjutan di Jakarta, Selasa, 14 November 2023.
Siti mengatakan pertemuan ini diharapkan bisa membuka brainstorming dengan mengangkat referensi-referensi teoritik terlebih dulu. "Sehingga, acara ini bukan acara rapat kerja atau diskusi, tetapi merupakan agenda expert meeting, pembahasan kepakaran subtansial," kata dia.
Siti mengatakan reorientasi paradigma pembangunan kehutanan Indonesia berkelanjutan penting untuk diformulasikan. Hasil diskusi dapat menjadi catatan penting untuk pengelolaan kehutanan ke depan, termasuk dalam memperkuat Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN).
7 poin RKTN
Guru Besar Universitas Gadjah Mada Prof San Afri Awang menyoroti soal RKTN. Menurut dia, ada tujuh poin yang dicermati terkait RKTN, yaitu- penyusunan rencana makro penyelenggaraan kehutanan;
- penyusunan rencana kehutanan tingkat provinsi;
- penyusunan rencana pengelolaan kehutanan di tingkat KPH;
- penyusunan rencana pembangunan kehutanan;
- penyusunan rencana kerja usaha pemanfaatan hutan;
- koordinasi perencanaan jangka panjang dan menengah antar sektor; serta
- pengendalian kegiatan pembangunan kehutanan.
"Jadi, konteks pada tujuh poin tersebut perlu kita lihat ulang. Apakah betul-betul sudah sesuai dengan RKTN? Kalau tidak, kita harus cari jalan keluar mengenai kewenangan-kewenangan ini, termasuk dengan desentralisasi yang sudah berjalan," kata Awang.
Pandangan para guru besar
Dalam diskusi itu, masing-masing guru besar menyampaikan pandangan terhadap pembangunan kehutanan dan masukan untuk reorientasinya ke depan. Dari pertemuan tersebut, Menteri Siti menyampaikan sejumlah catatan.Pertama, dalam orientasi green manufacturing, Menteri Siti mengatakan hal tersebut menjadi sesuatu yang penting dan ini menjadi pijakan kementerian ke depan. Sebagai contoh, ketika berbicara hutan sosial, sudah ada Peraturan Presiden tentang Integrated Area Development dengan basis hutan sosial.
Pemerintah juga sudah memosisikan Taman Nasional sebagai pusat atau sumber pertumbuhan ekonomi wilayah. Taman Nasional juga menjadi contoh distribusi pendapatan yang tepat, seperti di Taman Nasional (TN) Komodo dan TN Gunung Ciremai.
"Hal-hal seperti ini menurut saya termasuk dari payung besarnya green manufacturing, termasuk bioprospecting, hasil hutan bukan kayu, hingga bambu," kata Siti.
Kedua, perlu dikembangkan pembangunan center of excellence atau pusat keunggulan. Dalam hal ini ditujukan untuk pengelolaan lanskap hutan (forest landscape management).
Sebagai awal, Siti mendorong Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) UGM untuk dapat menjadi pusat keunggulan di Jawa. Misalnya, diberi nama Center of Excellence for Forest Landscape Management.
"Karena kita mempunyai lanskap yang berbeda-beda. Center of excellence perlu dikembangkan di lokasi lain seperti Kalimantan dan Sumatra," kata Siti.
Pusat-pusat keunggulan ini pun harus terus dikawal hingga sampai pada posisi Indonesia era agroforestry. "Saya sangat setuju dengan konsep itu. Kita pakai field laboratory-nya di setiap center of excellence," kata dia.
Konservasi dan preservasi
Ketiga, Menteri Siti mengatakan tata hutan di Indonesia bisa menjadi pengembangan evolutif di era forest and other land uses (FOLU). Dimulai dari era Hutan Register zaman Belanda hingga tahun 1970-an. Selanjutnya menuju era Tata Guna Hutan Kesepakatan pada 1976 hingga 1990-an. Lantas, berpindah ke era Padu Serasi dengan Tata Ruang Wilayah pada akhir 1990 hingga sekarang."Dalam konteks center of excellence ini, KLHK juga sudah mengajak bahwa kita tidak lagi pakai istilah kerja-kerja konservasi di luar kawasan konservasi. Kita menggunakan istilah konservasi dan preservasi. Untuk hal ini sedang kita perkuat dasar hukumnya," ujar dia.
Baca: Fakultas Kehutanan IPB Terbaik di Indonesia, Ungguli Yale dan Harvard University di Dunia
Menteri Siti juga mendorong pengembangan era Agroforestry Nusantara sebagai ciri khas pengelolaan hutan Indonesia. Siti meminta para guru besar untuk mengkaji tentang Borneo River Basin dengan karakter Kalimantan.
Turut hadir pada acara ini, yakni Wakil Menteri LHK Alue Dohong, pejabat tinggi madya KLHK, pejabat tinggi pratama KLHK, dan pejabat fungsional KLHK.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id