Penyuluh penghayat Marapu, Arman Lawatu Renja Muda. Medcom.id/Renatha Swasty
Penyuluh penghayat Marapu, Arman Lawatu Renja Muda. Medcom.id/Renatha Swasty

Penyuluh Penghayat Marapu Penyambung Generasi

Renatha Swasty • 25 Mei 2023 20:52
Waingapu: Agama dan kepercayaan terus hidup dan berkembang di masyarakat lantaran diwariskan turun temurun. Transfer pengetahuan ini menjadi penting agar generasi muda tak cuma mengikuti tapi juga memahami makna di baliknya.
 
Penyuluh penghayat kepercayaan merupakan salah satu cara yang digunakan Inspektorat Kepercayaan Masyarat Adat (KMA) Kemendikbudristek untuk mentransfer pengetahun. Di Sumba Timur misalnya, penyuluh digerakkan untuk mengajar kepercayaan Marapu pada generasi muda penghayat Marapu.
 
"Transfer pengetahuan yang saat ini mengalami krisis dari yang tua ke yang muda, yang tua mulai banyak dipanggil (meninggal). Jadi, pengetahuan dan kearifan lokal tidak putus, di sini KMA membangun gerakan berbasis generasi muda," beber Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Ditjen Kebudayaan, Kemdikbudristek, Sjamsul Hadi, saat berbincang di Waingapu, Sumba Timur, NTT, Rabu, 24 Mei 2023.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


KMA bekerja sama dengan sejumlah organisasi salah satunya Marungga Foundation untuk mencari generasi muda menjadi penyuluh Marapu. Mereka bakal mengikuti bimbingan teknis (bimtek) untuk mendapat sertifikat sebagai penyuluh.
 
Setelah itu, mereka bakal ditempatkan di sekolah yang saat ini sudah memiliki mata pelajaran Marapu. Saat ini, ada enam sekolah di Sumba Timur, rinciannya empat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan dua Sekolah Dasar (SD) yang menyelenggarakan pelajaran penghayat Marapu.
 
Sjamsul mengungkapkan pihaknya sengaja memakai istilah penyuluh bukan guru karena mereka bukan lulusan S1. Selain itu, selama ini belum ada lulusan sarjana pendidikan penghayat kepercayaan.
 
Dia mengakui mencari penyuluh kepercayaan khususnya di Sumba Timur juga tak mudah. Pihaknya membutuhkan waktu cukup lama untuk membentuk penyuluh. Sjamsul menyebut bimtek selama tiga hari tak cukup mestinya dibutuhkan paling lama lima hari.
 
"Ini memang perlu proses untuk anak-anak muda ini sebagian besar kegiatan calon penyuluh ini orang tuanya Marapu anaknya Kristen, dari situ mereka belajar kembali. Terkait kembali ke Marapu atau tidak itu kembali ke mereka lagi," beber dia.

Tak banyak penyuluh bertahan

Butuh komitmen besar menjadi penyuluh penghayat kepercayaan, khususnya di Sumba Timur. Tak sedikit, penyuluh Marapu mengundurkan diri karena berbagai alasan.
 
Kepala SDN Wainggai, Ngabi Kahewanarak, mengungkapkan dua penyuluh Marapu di sekolahnya mengundurkan diri. Padahal, ada 35 anak yang mesti diajar mendapat pelajaran Marapu.
 
"Itu kelas 1-6 SD, dulu ada 51 orang tapi yang lain pindah agama jadi tinggal 35," beber dia.
 
SMAN 1 Haharu, Temu, Kanatang, Sumba Timur juga kehilangan penyuluh. Sebanyak 12 anak kelas X dan XI tidak lagi bisa mendapat pelajaran Marapu lantaran penyuluhnya mengundurkan diri setelah mengajar satu semester.
 
Alasan penyuluh mengundurkan diri beragam mulai dari rumah yang jauh dari sekolah, kegiatan lain, hingga kurangnya uang transportasi. Alasan kurangnya uang transportasi paling banyak menjadi keluhan.
 
Penyuluh sendiri mendapat Rp300 ribu dari Kemendikbudristek setiap bulan untuk dana transportasi. Mereka juga mendapat dana tambahan baik dari sekolah maupun organisasi yang bekerja sama dengan kementerian, namun uang dirasa tidak cukup.
 
"Ketika dapat SK di Kementerian mereka mendapat dana transportasi. Kata penyuluh kurang akhirnya saya ambil kebijakan ada sumbangan komite, kami anggarkan lewat itu sehingga menambah, sehingga ada motivasi mereka membimbing anak-anak," beber Kepala SMA Negeri 1 Rindi Umalulu Benyamin Nimbrot Jutalo.
 
Bupati Sumba Timur Khristofel Praing mendorong Kemendikbudristek membuat aturan agar penyuluh kepercayaan mendapat kejelasan. Salah satunya dengan membuka formasi untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
 
"Kalau seperti itu sudah selesai, sudah ada aturannya. Buka formasi untuk mereka ini dia pasti terikat," ujar Khristofel.
 
Sjamsul menyebut terkait kendala insentif pihaknya mendorong agar sekolah memanfaatkan dana BOS, Belajar Bersama Maestro, atau melalui dana alokasi khusus (DAK).
 
"Saya mendorong juga kiranya untuk penyuluh di SK-kan agar posisinya jelas, karena selama ini penugasannya dari KMA, makanya kami gencar memproses penyuluh yang ada ini dan ada surat penugasan dari mereka sehingga poisisnya jelas," beber Sjamsul.

Tak ingin generasi muda Marapu bernasib sama dengan pendahulu

Arman Lawatu Renja Muda bersemangat mengajarkan kepercayaan Marapu pada generasi muda penghayat Marapu. Dia tidak ingin anak-anak Sumba Timur bernasib sama sepertinya yang tak pernah mendapat layanan pendidikan kepercayaan Marapu selama di bangku sekolah.
 
Kini, Arman menjadi punyuluh di SDN Nari, Kecamatan Kahaungu Eti, Kabupaten Sumba Timur. Dia mengajar kelas 1-6 SD dengan total 17 anak.
 
Total, Arman sudah mengajar selama 10 bulan. Dia tak terusik dengan hal-hal yang selama ini menjadi tantangan penyuluh lain seperti kecilnya insentif.
 
"Jadi penyuluh itu menjadi kerinduan kami karena ketika bukan generasi kami, kalau bukan saya siapa lagi? Kalau bukan sekarang kapan lagi? Karena saya ingin memperlihatkan bahwa Marapu ini pantas diakui bahwa sebenarnya Marapu pantas dikenal oleh masyarakat," beber lelaki berusia 22 tahun itu.  
 
Hal yang sama dirasakan Kahi Ata Minya. Penyuluh penghayat kepercayaan Marapu ini sudah mengajar sejak 2018 di SMA Negeri 1 Rindi Umalulu.  
 
Dia sempat berhenti karena perbedaan pandangan soal posisi penyuluh dengan kepala sekolah. Namun, tekad Kahi yang tak ingin anak-anak penghayat Marapu meninggalkan kepercayaannya justru membuatnya kembali menjadi penyuluh di sekolah yang sama.
 
Kini, Kahi mengajar Marapu kepada 70 anak kelas X, XI, XII di SMA Negeri 1 Rindi Umalulu. Perempuan berusia 42 tahun itu selalu menekankan pada anak muridnya untuk berbangga menjadi penghayat Marapu.
 
Apalagi sekarang sudah difasilitasi oleh pemerintah baik melalui KTP maupun KK dan layanan pendidikannya. Mereka tidak perlu lagi berganti agama seperti yang dirasakan Kahi dulu.
 
"Saya selalu bilang kita harus bangga dengan Marapu karena sekarang tidak seperti dengan yang ibu alami dulu," ujar Kahi.
 
Baca juga: Rindu Arman Dapat Pendidikan Ditebus Jadi Penyuluh Kepercayaan Marapu

 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
 
 
 
(REN)




LEAVE A COMMENT
LOADING

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif