"Media sosial merupakan sarana menyampaikan informasi dan mengedukasi masyarakat menggunakan latar belakang keilmuan yang kita miliki. Media sosial juga dapat menjadi jembatan antara pakar keilmuan dengan masyarakat," kata Science Communicator dan Co-Founder Pandemic Talk, Mutiara Anissa, melalui keterangan tertulis yang diterima Sabtu, 10 Juni 2023.
Pernyataan Mutiara ini dikemukakan dalam kegiatan Obral Obrol Literasi Digital (OOTD) bertema Berdaya Guna di Media Sosial. OOTD diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi.
Kegiatan ini menjadi wadah meningkatakan literasi digital. Agar masyarakat Indonesia semakin cerdas dalam beraktivitas di dunia maya.
Mutiara melanjutkan, dalam mengelola media soal, perlu membangun kepercayaan audiens dan mengembangkan konten yang relevan. "Aku percaya untuk bisa mengedukasi temen-temen di sosial media, kita harus memahami audiens dan mengambil trustworthy dari mereka," kata dia.
Sebagai content creator, lanjut dia, pengguna harus menemukan sense of purpose agar membuat konten yang baik. Tidak hanya membagikan hal-hal yang menyenangkan, tapi juga bermanfaat dan berdaya guna.
"Itu juga sebenernya pekerjaan rumah untuk teman-teman content creator. Kita fit in di mana ya? Kita pasnya di mana," kata Mutiara.
Tak cuma meraup cuan
Media sosial juga tak cuma untuk meraup untung atau cuan. "Penggunaannya harus diiring dengan kesiapan yang baik secara mental maupun material," kata digital creator dan affiliate marketer, Ndan Masbon Usari.Dalam menjalankan bisnis di sosial media, lanjut dia, pengguna juga harus menjaga keamanan dan terus waspada terhadap upaya negatif yang dilakukan pihak lain. Hal ini bisa dilakukan dengan menjaga etika dengan tidak saling menyerang sesama yang menimbulkan kerugian.
"Jangan ngerecokin bisnis orang, aku juga nggak mau direcokin. Etika kita harus benar-benar dijaga," kata Masbon.
Baca: Belanja di Sosial Commerce Tak Seaman E-commerce
Perlu kecakapan budaya
Wakil Ketua Umum Bidang Riset dan Kurikulum Siberkreasi Taufan Akbari mengatakan perlu kecakapan budaya yang baik saat berinteraksi di dunia digital. Diperlukan keinginan mengubah budaya tidak baik dengan kerja sama semua pihak."Komunikasi risiko menjadi penting disampaikan agar ketidakamanan dalam dunia digital tidak terjadi," kata Taufan yang juga menjabat Head of Leadership Center LSPR ini.
Dia yakin, jika pengguna dan pengambil keputusan lebih matang dan paham bagaimana mempraktikkan komunikasi risiko dengan baik, maka dampak-dampak negatif media sosial bisa ditekan. Untuk itu, perlu pemahaman terkait keamanan siber dan influencer yang membawa perubahan menggunakan bidang keilmuan yang dimiliki.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id