Komisioner bidang Pendidikan KPAI, Retno Listyarti. Foto: Dok. KPAI
Komisioner bidang Pendidikan KPAI, Retno Listyarti. Foto: Dok. KPAI

KPAI: Disdik Terus Membujuk Aristawidya Agar Lanjut Sekolah

Citra Larasati • 14 Juli 2020 13:20
Jakarta:  Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mempertanyakan nasib dan kelanjutan pendidikan dari Aristawidya Maheswari kepada Dinas Pendidikan DKI Jakarta.  Aristawidya merupakan pelajar yang disebut memiliki ratusan penghargaan dan mengharapkan 'bangku sisa' sekolah negeri di Jakarta dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB) 2020 kemarin.
 
Komisioner bidang Pendidikan KPAI, Retno Listyarti mengatakan, kabar terakhir yang didapat KPAI adalah Aristawidya memilih untuk putus sekolah. KPAI meminta penjelasan Dinas Pendidikan, sudah melakukan upaya apa saja dan apakah masih akan membujuk Arista untuk melanjutkan pendidikannya.
 
"Kami sudah mendengarkan penjelasan Disdik, bahkan Saya pernah bertemu langsung dan membujuk Arista agar jangan berhenti sekolah.  KPAI juga mengapresiasi upaya Disdik yang sudah membujuk Arista agar tetap mau melanjutkan sekolah," kata Retno dalam keterangannya, Selasa, 14 Juli 2020.

Menurut Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Nahdiana, dirinya sudah mengirimkan pejabat terkait untuk mendatangi tempat tinggal Aristawidya.   Saat itu, kata Nahdiana, Arista disarankan agar ikut di jalur tahap akhir yang dibuka 7-8 Juli.
 
Di situ juga ditawarkan atau kalau mau ikut ke PKBM negeri yang paket kesetaraan, tapi yang bersangkutan juga menolak.
 
Baca juga: Peserta PPDB Peraih Ratusan Penghargaan Berharap 'Bangku Sisa'
 
Pada hari terakhir PPDB Jakarta, yakni hingga pukul 15.00 WIB masih ada kursi kosong di SMAN 115. Selain itu, Arista juga ditawarkan untuk masuk ke sekolah swasta yang dekat dengan rumahnya.
 
“Lalu pada tanggal 7 dan 8 Juli, siswa 15 tahun tersebut kembali mendaftar online di jalur tahap akhir dengan memilih sekolah di SMA 12 jurusan IPS. Sayangnya, nilai Arista juga tak mencukupi lantaran SMA 12 jurusan IPS mengharuskan bobot nilai 7,8. Selain itu, ia juga memilih jurusan IPA di SMA yang sama, tetapi kembali tak diterima lantaran bobot nilai jurusan tersebut adalah 7,9,” Jelas Nahdiana.
 
Nahdiana melanjutkan, kemudian Arista juga  memilih SMA 21 jurusan IPS itu pilihan rendahnya nilai terendahnya 7,8.  Lalu Arista juga memilih SMA 36 jurusan IPS itu, kemudian dia juga (pilih) SMA 45, SMA 102, itu nilai terendahnya 7,7.
 
"Sehingga, sampai dengan tanggal 8 itu belum lulus kalau ngikutin sekolah-sekolah yang tadi Arista sempat bidding," ujar Nahdiana.
 
Selanjutnya pada 8 Juli, Disdik juga sempat menugaskan kepala seksi beserta satu orang kepala SMA untuk menyarankan dan memberikan portofolio. Dengan nilai 7,763, Arista masih dimungkinkan dapat diterima di SMA Negeri 115.
 
Namun, Arista disebut tidak berminat dengan tawaran tersebut. Akan tetapi, waktu itu yang bersangkutan tetap bersikukuh tidak mau ke SMAN 115. Namun, pada 8 Juli pukul 15.01 WIB, saat jalur tahap akhir ditutup, Arista baru menyampaikan bahwa ia berminat masuk ke SMA 115.
 
“Sayangnya sudah tak bisa lantaran sistem online tertutup otomatis dan tak ada pendaftaran manual,” ujar Nahdiana.
 
Meski demikian, Dinas Pendidikan DKI Jakarta masih akan kembali mengutus jajarannya untuk menawarkan Arista masuk ke sekolah swasta. "Kami tetap menawarkan ada PKBM paket kesetaraan paket C itu negeri dan menurut Kami tidak ada bedanya antara kesetaraan dengan SMA formal. Kemudian Kami juga tawarkan kalau mau ke SMA swasta ini akan dampingi kalau bicara kesulitan Kita bantu komunikasi dengan sekolah," jelas Nahdiana kepada KPAI.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan