Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) menawarkan program peminatan Integrated Arts pada Fakultas Filsafat yang telah terakreditasi A (Foto:Dok.UNPAR)
Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) menawarkan program peminatan Integrated Arts pada Fakultas Filsafat yang telah terakreditasi A (Foto:Dok.UNPAR)

Tangkap Peluang Industri Kreatif, Program Integrated Arts UNPAR Siapkan Generasi Serba Bisa

M Studio • 06 Agustus 2021 12:31
Bandung: Industri kreatif, tak terkecuali bidang seni, tengah diminati sebagai pilihan program di perguruan tinggi. Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) menawarkan program peminatan Integrated Arts pada Fakultas Filsafat (FF) dengan daya tawar, kemampuan, dan kebaruan yang berbeda.
 
Sebagai yang pertama di Indonesia, kebaruan untuk menjawab kebutuhan industri kreatif dituangkan FF UNPAR yang telah terakreditasi A dalam program Integrated Arts atau seni terpadu.
 
Jika sebagian besar pendidikan tinggi seni berfokus pada satu bidang tertentu, Integrated Arts UNPAR memadupadankan berbagai bidang seni untuk menjawab kepentingan terkini.
 
Lima bidang yang siapkan sebagai teori dan praktik, dinilai jadi padu padan yang pas sebagai skill set mumpuni. Mulai dari seni rupa & desain; seni pertunjukan; seni musik; manajemen seni & kuratorial; serta penulisan kreatif. Kelimanya diintegrasikan agar saling berkolaborasi, eksplorasi, dan mengenal ekosistem seni, karena nyatanya semua disiplin ilmu tak memiliki sekat.
 
Integrated Arts sebenarnya bukanlah sesuatu yang asing, namun saat dibawa ke tataran akademik, program ini ibarat ‘produk baru’ yang meramaikan berbagai program peminatan. Apalagi nama Integrated Arts terdengar asing di telinga kebanyakan orang.
 
“Perkembangan dunia seni saat ini menjadi intermedia, tapi sekolah seni kebanyakan masih konvensional. Atas dasar itu, Integrated Arts UNPAR hadir menyajikan interdisipliner itu. Di luar negeri, sudah banyak yang menerapkan Integrated Arts, ada yang dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi,” ucap Guru Besaf FF UNPAR Prof Dr Ignatius Bambang Sugiharto.
 
Kebutuhan akan kampus yang memfasilitasi seni terpadu selaras dengan perkembangan industri kreatif Indonesia yang terus meningkat signifikan tiap tahunnya.
 
Menurut laporan OPUS Ekonomi Kreatif 2020, kontribusi subsektor ekonomi kreatif pada Produk Domestik Bruto (PDB) nasional mencapai Rp 1.211 triliun. Angka tersebut meningkat dari 2017 dan 2018, masing-masing sebesar Rp1.000 triliun dan Rp1.105 triliun.
 
Torehan angka tersebut membawa Indonesia menduduki posisi ketiga terbesar di dunia dengan kontribusi sektor ekonomi kreatif terhadap PDB setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan. Kendati demikian, Indonesia justru lebih unggul daripada Amerika Serikat dari segi serapan tenaga kerja pada sektor ekonomi kreatif.
 
Bahkan, pada 2019, sektor ekonomi kreatif Indonesia mampu menyerap hingga 17 juta tenaga kerja. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan Amerika Serikat yang hanya memiliki 4,7 juta pelaku ekonomi kreatif.
 
Perkembangan teknologi mengharuskan setiap orang untuk beradaptasi. Sikap adaptif tentunya takkan menggantikan kreativitas manusia dengan kecerdasan buatan. Pelaku industri kreatif harus mampu meningkatkan kompetensi dan memanfaatkan fleksibilitas dengan berbagai ide serta sumber daya untuk memperkuat kreativitas masing-masing.
 
“Ketika banyak pekerjaan diambil alih mesin, peradaban ini mesti dijaga oleh seni, Integrated Arts khususnya ingin menginfus unsur seni ke segala sektor,” ujarnya.
 
Mengenai bidang pekerjaan selepas menempuh pendidikan Integrated Arts, dijelaskan Ignatius, terbuka lebar karena kreativitas menjadi salah satu skill yang paling dibutuhkan pada masa kini dan mendatang.
 
"Integrated Arts UNPAR mendukung perkembangan mahasiswa melalui fasilitas lengkap dan tenaga pendidik yang cakap di bidangnya. Perpustakaan dan Sinesofia, salah dua fasilitas yang diberikan," kata dia.
 
Melalui integrasi seni serta wawasan konseptual melalui ilmu filsafat, Integrated Arts UNPAR siap membentuk generasi yang kreatif, inovatif, serta serba bisa. Dengan begitu, lapangan pekerjaan bagi pelaku industri kreatif tak terbatas, karena saat ini segala bidang menuntut kemampuan berpikir kreatif.
 
“Program ini membuat lulusannya menjadi lebih fleksibel, yang bisa masuk di bidang apapun, kerja yang menuntut kreativitas. Jadi, tidak menutup kemungkinan hanya bekerja di bidang industri kreatif,” ucapnya.
 
Perkembangan teknologi berdampak terhadap wajah industri kreatif pada masa depan. Oleh karena itu, kemampuan berpikir kritis dan kreatif melalui lima bidang seni yang ditawarkan Integrated Arts UNPAR dinilai mampu menjawab tantangan tersebut.
 
“Bagaimana agar orisinalitas itu tetap ada, kebaruan itu tetap ditawarkan, dan bukan hanya menjadi pengekor. Diperlukan daya tawar baru, kemampuan baru, dan kebaruan yang masih segar untuk menjawab segala tantangan zaman," ucap Dosen Integrated Arts UNPAR Theo Frids M. Hutabarat, S.Sn., M.Sn.
 
 

Delapan Program Peminatan Baru UNPAR

 
 
Tak hanya Integrated Arts, UNPAR juga menawarkan tujuh program peminatan teranyar. Adapun program peminatan tersebut yaitu Data Science, Mekatronika, Bisnis Digital, Fisika Medis, Aktuaria, Chemical Business Development, serta Manajemen Bisnis Keluarga dan Kewirausahaan.
 
UNPAR pun kembali membuka Ujian Saringan Masuk (USM) – 4 tahun akademik 2021/2022. Pendaftaran USM-4 dapat dilakukan melalui laman  pmb.unpar.ac.id  yang telah dibuka sejak 19 Juli 2021 hingga 10 Agustus 2021.
 
Informasi selengkapnya bisa dilihat di laman pmb.unpar.ac.id atau melalui akun Instagram @unparofficial dan Line @unpar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ROS)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan