Riset dan BRIN-Universitas Brawijaya - DOK BRIN
Riset dan BRIN-Universitas Brawijaya - DOK BRIN

BRIN Gandeng Universitas Brawijaya Bahas Riset Teknologi Proses Pangan dan Teknologi Tepat Guna

Renatha Swasty • 12 Oktober 2022 14:50
Jakarta: Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) Badan Riset dan Inovasi (BRIN) Puji Lestari menjelaskan soal Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan (PR TPP) dan Pusat Riset Teknologi Tepat Guna (PR TTG). Hal itu disampaikan dalam sharing session ketiga dengan topik “Riset Teknologi Tepat Guna dan Proses” yang digelar BRIN dan Universitas Brawijaya. 
 
Puji menjelaskan PR TPP mempunyai tugas dan fungsi untuk menghasilkan produk pangan yang aman, berkualitas, dan bernutrisi lengkap serta berstandar mutu global dengan ruang lingkup riset mulai dari bahan pangan, proses dasar dan lanjutan dalam pengolahan pangan dan pengawetan produk pangan baik yang sifatnya nabati, hewani maupun yang berasal dari sumber daya laut yang berpotensi menjadi sumber pangan.
 
Sedangkan, PR TTG tugasnya melakukan litbangjirap, invensi, inovasi untuk meningkatkan dan mengembangkan industri pertanian secara umum dengan ruang lingkup riset untuk menciptakan inovasi peralatan proses pra panen, pasca panen, penguatan pangan lokal, penyimpanan pangan, distribusi pangan, integrasi sistem dan peralatan teknologi tepat guna serta penanganan limbah industri pertanian dan pangan.  

“Dengan sharing session ketiga hari ini, diharapkan antara ORPP BRIN dan Universitas Brawijaya dapat berbagi informasi dan pengalaman riset terkait dengan teknologi dan proses pangan dan mekanisasi teknologi tepat guna pascapanen primer komoditas lada di Indonesia, teknologi pemanfaatan senyawa bioaktif pada komoditas hasil pertanian, dan juga bagaimana aplikasi teknologi enzim untuk menunjang ketahanan pangan, dan juga diskusi fokus riset yang akan kita kolaborasikan dan mengimplementasikannya dalam kerja sama riset,” kata Puji dikutip dari laman brin.go.id, Rabu, 12 Oktober 2022. 
 
Perwakilan dari Universitas Brawijaya, Tunjung Mahatmanto, berharap dengan sharing session ini dapat terjalin kerja sama riset yang lebih kuat dan intensif antara BRIN dan Universitas Brawijaya. Sehingga, dapat membawa manfaat yang lebih besar untuk masyarakat Indonesia.
 
Kepala Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan (PR TPP) BRIN Satriyo Krido Wahono menjelaskan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati luar biasa banyak, di mana berbagai macam tanaman, hewan, dan hasil laut merupakan sumber pangan baik itu sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. PRTPP BRIN memiliki kepentingan menciptakan produk pangan yang semakin tinggi nilai ekonomisnya atau added value.
 
"Seperti kita ketahui bersama dengan adanya pengolahan-pengolahan yang dilakukan, nilai ekonomi suatu bahan pasti akan mengalami peningkatan apalagi jika tidak hanya berubah bentuk dari bahan mentah menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi, tapi dikemas dengan sangat baik termasuk di dalam proses pengemasan itu ada fungsi pengawetan yang berlaku pada produk pangan tersebut,” jelas Satriyo.
 
Dia menuturkan terdapat sembilan kelompok riset di PR TPP BRIN. Hampir semua proses pangan yang ada digabungkan sehingga teknologi yang ada diharapkan cukup mengolah sumber daya alam di Indonesia.
 
Target kegiatan strategis PR TPP BRIN dalam tiga tahun ke depan terbagi menjadi tiga, yaitu revitalisasi ketahanan pangan, pengemasan makanan olahan, dan penelitian halal. Lisensi teknologi yang sedang berjalan dengan beberapa perusahaan di 2022, antara lain makanan heterogen dalam kaleng, tepung telur ayam kampung, dan mi instan sagu.
 
Satriyo juga menjelaskan inovasi pengembangan produk yang sudah dilakukan oleh PR TPP BRIN dan mitra industri yaitu Purula merupakan bagian dari produk untuk penanganan stunting rumput laut dan juga protein, inovasi proses pengolahan bubuk cokelat di UKM Griya Coklat Nglanggeran. Pada 2020-2021, terdapat 50 izin edar produk pengalengan makanan tradisional yang sudah diterbitkan dengan cepat dan sudah beredar di pasar melalui kolaborasi pentahelix dengan BPOM, Pemda, dan UKM.
 
Selanjutnya, peneliti Pusat Riset Teknologi Tepat Guna BRIN Suparlan menyampaikan paparan berjudul “Mekanisasi Teknologi Tepat Guna Pascapanen Primer Lada di Indonesia”. Lada merupakan jenis rempah paling populer dan tertua di dunia yang dikenal sebagai “King of Spice”.
 
Indonesia sebagai produsen lada ketiga di dunia setelah Vietnam dan Brazil. Produk lada Indonesia tidak mengalami perkembangan signifikan baik dari segi mutu maupun perkembangan produknya. Penanganan pascapanen dilakukan tradisional sehingga kualitas yang dihasilkan rendah dan tidak memenuhi standar ekspor.
 
“Sebagai sentra produksi lada yang terbesar di Indonesia ada di tujuh propinsi yaitu Bangka Belitung, Lampung, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Sulawesi Tenggara. Sementara di propinsi lain juga ada tetapi produksinya relatif sedikit,” papar Suparlan.
 
Secara umum permasalahan utama lada adalah produktivitas rendah, biaya produksi relatif tinggi, kualitas produk rendah, dipasarkan sebagai produk primer yaitu lada hitam, dan lada putih butiran utuh yang diekspor dalam bentuk curah dan diversifikasi produk olahan rendah.
 
Berdasarkan cara pengolahan, buah lada dapat dibagi menjadi empat yaitu, lada hijau, lada hitam, lada putih dan minyak atsiri lada (essential oil). “Untuk pengolahan lada hijau pemanenan buah dilakukan relatif lebih muda yaitu sekitar 5-6 bulan kemudian dirontokkan setelah itu proses pencucian, blanching/dipanaskan, kemudian dilakukan pendinginan dan pengeringan beku sehingga akan dihasilkan lada hijau,” jelas dia.
 
Proses pengolahan lada hitam mulai dari proses pemanenan sekitar 6-7 bulan, kemudian dirontokan dan dilakukan proses blanching lalu penirisan dan pengeringan sehingga dihasilkan lada hitam. Untuk pengolahan lada putih dipanen dalam waktu 8-9 bulan lalu dirontokan kemudian direndam dalam air selama 7-10 hari, setelah itu dilakukan pengupasan dan pencucian kulit luar dan dikeringkan.
 
Sharing session yang dipandu Wenny Bekti Sunarharum selaku Sekretaris Departemen Ilmu Pangan dan Bioteknologi Universitas Brawijaya juga menghadirkan narasumber dari Universitas Brawijaya yaitu Widya Dwi Rukmi Putri dengan paparan berjudul Teknologi Pemanfaatan Senyawa Bioaktif Pada Komoditas Hasil Pertanian dan Aji Sutrisno yang memaparkan tentang Aplikasi Teknologi Enzim Untuk Menunjang Ketahanan Pangan. 
 
Baca juga:  Hasil Studi Analisis Terbaru Beban Penyakit 34 Provinsi di Indonesia: Tekanan Darah Sistolik hingga Malanutrisi

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan