Ilustrasi bahasa
Ilustrasi bahasa

Bahasa dan Sastra Disebut jadi Agen Kebudayaan

Ilham Pratama Putra • 11 Oktober 2022 09:36
Jakarta: Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menilai bahasa dan sastra memiliki fungsi lebih luas. Salah satunya, mengeksistensi kebudayaan Tanah Air.
 
"Bahasa dan sastra sebagai agen kebudayaan ini kami lihat di BRIN sebagai seksistensi sastra yang perannya luar biasa dalam perjalanan berbangsa dan kehidupan," kata Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra (OR Arbastra) Herry Yogaswara dalam webinar BRIN, Senin, 10 Oktober 2022.
 
Harry menyebut sebagai lembaga riset, BRIN mewadahi riset arkeologi, bahasa, dan sastra yang perspektif untuk kemajuan bangsa dan negara. Dia menyebut sastra Indonesia dan daerah merupakan lahan subur riset dan pertukaran gagasan ilmiah.

Dia menuturkan dengan keragaman latar belakang suku bangsa dan budaya, kearifan lokal dan nilai kemanusiaan yang terkandung di dalam sastra Indonesia menyimpan begitu banyak potensi riset. Hal itu berguna demi pengembangan karakter manusia Indonesia.
 
"Ketika kita bicara kondisi sastra sekarang, dari sejarah sampai kecanggihan teknologi, dari masa lalu hingga masa depan, dari generasi yang kita sebut baby boomers hingga millennial, semua mewujud dalam karya sastra kita. Tidak hanya membuat masyarakat kita bangga, tetapi juga membuat masyarakat dunia kagum,” jelas Herry.
 
Herry mengungkapkan ada tiga program prioritas yang diusung oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek yang sejalan dengan BRIN. Ketiga program tersebut, ialah penguatan literasi, perlindungan bahasa dan sastra, dan peningkatan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional.
 
“Tentunya riset yang dilakukan oleh peneliti bahasa dan sastra yang ada di BRIN, tidak hidup di ruang kosong. Ia harus hidup dalam ruang kemanfaatan ketika memproduksi ilmu pengetahuan,” papar Herry.
 
Dia menyebut dalam ekosistem BRIN, riset-riset sastra ?akan tersistem dengan baik. Mulai dari Pusat Riset, Organisasi Riset, kemudian organisasi BRIN secara besar, dan jejaring perguruan tinggi, lembaga riset independen, hingga jejaring global.
 
“Karena kita akan mempunyai mata, telinga, dan hati di berbagai daerah yang dapat menangkap persoalan kebudayaan yang khas daerah masing-masing. Peneliti harus gaul dan blusukan untuk mengetahui denyut kehidupan masyarakat,” tegas Herry.
 
Baca juga: Pemerintah Upayakan Bahasa Daerah Dipakai untuk Sampaikan Materi di SD 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan