“Penyebab tersering pembuluh darah pecah di kepala itu hipertensi, karena beban tekanan dalam pembuluh darah melebihi kemampuannya. Tekanan yang berlebih itu akan menyebabkan pembuluh darah pecah,” kata Andrianto dikutip dari laman unair.ac.id, Selasa, 3 Januari 2022.
Dia menjelaskan tekanan darah yang semakin tinggi akan menyebabkan penebalan pada otot dinding pembuluh darah. Dalam jangka waktu panjang penebalan diikuti pelebaran dinding pembuluh darah.
Akibatnya, pembuluh darah menjadi menipis dan berkurang kekuatannya dalam menahan tekanan darah. Hal ini yang menyebabkan pembuluh darah pecah.
Kedua, kelainan pada dinding pembuluh darah. Kelainan ini membuat dinding pembuluh darah mengalami penipisan dan menggelembung yang dikenal dengan aneurisma.
“Dibandingkan dengan dinding pembuluh darah lain, pembuluh darah di kepala ini menjadi lebih tipis. Ketika ada peningkatan tekanan meskipun tidak terlalu tinggi bisa menyebabkan pecah pembuluh darah,” papar dia.
Andrianto menyebut bila pembuluh darah di kepala pecah aliran darah yang mengandung oksigen dan nutisi bagi otak akan terganggu. Kemudian, terbentuk gumpalan darah di luar pembuluh darah yang mendesak jaringan otak.
Adapun penanganan pembuluh darah pecah di kepala tidak selalu berakhir di atas meja operasi. Andrianto mengatakan penanganan setiap orang berbeda tergantung volume darah yang keluar.
Dia menyebut diperlukan pemeriksaan lanjutan berupa CT-Scan dan atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk mengetahui jumlah pasti volume darah yang keluar. Ketika volume darah yang keluar dalam jumlah besar, darah yang keluar akan berkumpul di luar pembuluh darah dan hal ini berdampak pada proses desak ruang jaringan otak.
“Otak dilindungi oleh tulang tengkorak jadi jika ada massa dalam otak karena gumpalan darah maka tekanan dalam rongga kepala meningkat dan berpengaruh pada proses desak ruang. Jika tekanan besar maka harus dilakukan operasi,” ujar dia.
Sementara itu, bila volume darah yang keluar akibat pecah pembuluh darah di kepala sedikit akan dilakukan observasi terlebih dahulu. Dia menyebut pemantauan harus dilakukan, misalnya di awal volume darah yang keluar sedikit lalu meningkat bisa menjadi lebih banyak.
"Tadinya di awal tidak ada indikasi tindakan bedah akhirnya bisa ada indikasi untuk dilakukan pembedahan. Jika jumlah volume darah yang keluar tetap sedikit sebenarnya dapat terjadi penyerapan kembali oleh sistem otak. Sehingga, tidak memerlukan tindakan operasi,” ujar dia.
| Baca juga: Otak Terasa Beku Ketika Makan Es Krim, Begini Penjelasannya |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id