Orang tua patut waspada bila perilaku aktif anak justru membuat mereka kesulitan menjalani aktivitas sehari-hari. Bahkan, menyebabkan gangguan interaksi dengan teman sebaya.
“Hiperaktif bisa dikatakan anak tidak bisa tenang, tidak bisa diam atau selalu bergerak ke sana kemari. Kalau hiperaktifnya normal, anak masih bisa diam ketika dia diharuskan untuk diam. Tetapi, kita juga harus tahu hiperaktif yang kelainan," kata dokter spesialis anak konsultan Rumah Sakit Nasional Diponegoro Universitas Diponegoro (Undip) Tun Paksi Sareharto dikutip dari laman undip.ac.id, Kamis, 14 April 022.
Tun menjelaskan tanda hiperaktif kelainan dapat dilihat misalnya anak berjalan ke sana ke mari, menabrak-nabrak, jahil berlebihan. Kemudian, diminta diam namun tidak bisa, bergerak mengulang-ulang seperti lari berputar-putar tanpa ada maksud, dan terlalu responsif.
“Jika melihat anak tampak hiperaktif, orang tua mesti periksa ke dokter anak, apakah ini hiperaktif normal atau tidak normal. Dokter akan melakukan asesmen dan menegakkan diagnosis jika memang ini autis akan diterapi," papar Tun.
Dia menyebut sebagian besar terapi autis ialah terapi perilaku atau behavioral therapy. Pada anak autis biasanya terjadi keterlambatan bicara, sehingga terapi anak autis sebaiknya dilakukan sedini mungkin.
"Jadi, ketika ada keanehan pada anak orang tua harus tanggap. Deteksi dini akan sangat membantu sekali dan perbaikannya akan cepat serta diharapkan dapat masuk di sekolah umum,” tutur dia.
Tun mengatakan orang tua harus memahami kelemahan dan kelebihan anak. Sehingga nantinya dapat mengarahkan anak ke jenjang lebih tinggi, sebab pada akhirnya anak-anak akan lepas dari orang tua dan harus mandiri.
Dia menuturkan orang tua mesti tahu apa yang akan anak tuju kelak saat sudah dewasa atau ingin bekerja sebagai apa, hal tersebut menentukan perguruan tinggi mana atau bidang ilmu mana yang mau dimasuki. Diskusi dengan anak dan keluarga diperlukan untuk menimbang-nimbang kemampuan anak, bidang pendidikan, dan lokasi pendidikan.
Tun menyebut bila bertemu anak hiperaktif atau orang tua merasa anaknya hiperaktif harus dievaluasi terlebih dahulu apakah hiperaktif wajar atau tidak. Anak-anak usia balita memang kadang sangat aktif karena perkembangan motorik halus dan kasarnya masih berkembang jadi butuh banyak bergerak.
Tetapi, ketika ada perilaku aneh atau diulang-ulang, interaksi dengan orang tidak bisa, misalnya tidak ada kontak mata, diajak berbicara tidak melihat lawan bicara, diajak berbicara tidak nyambung atau tidak menyahut, hal tersebut mesti diwaspadai.
"Segera periksakan ke dokter anak agar kita bisa menentukan autis atau bukan, atau terdapat kelainan yang lain. Pemeriksaan anak dengan kemungkinan autis dan penanganannya juga bisa dilakukan di RSND,” ujar Tun.
Baca: Tanda-tanda Si Kecil Berkebutuhan Khusus
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News