“Yang terjadi adalah sebaliknya, tidak hanya rakyat yang protes tetapi juga oligarki yang protes,” kata Radityo dikutip dari laman unair.ac.id, Jumat, 4 Maret 2022.
Putin, kata dia, justru menempatkan diri dalam posisi sulit dengan mengambil langkah invasi. “Di dalam dia tidak populer karena perang ini, di luar dia (juga) semakin tidak populer. Maka dari itu, pilihan yang diambil Putin ini juga patut dipertanyakan rasionalitasnya,” kata dia.
Radityo menuturkan invasi itu juga melenceng dari tujuan awal. Sebab, salah satu tujuan invasi ialah mengintervensi pemerintahan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
“Targetnya adalah mengganti rezim,” kata Radityo.
Dia menilai keputusan Putin melakukan invasi justru menjadi langkah kontra-produktif terhadap tujuan itu. Sebab, popularitas Zelensky justru naik dibandingkan dengan sebelumnya.
“Tadinya popularitasnya (Zelensky) itu minus, sekarang jadi positif 91 persen,” kata dia.
Namun, Radityo mengatakan metodologi survei masih harus diragukan. Sebab, dilakukan di tengah kondisi konflik.
Selain itu, akibat lain yang ditimbulkan dari invasi ialah meningkatnya solidaritas negara-negara Eropa yang menjatuhkan sanksi terhadap Rusia. Dia mengatakan posisi Putin sebenarnya lebih strategis apabila menghentikan mobilisasi pasukan di perbatasan saja.
“Kalaupun masuk, masuk ke Timur bukan ke Kyiv. Dengan begitu, Rusia bisa membuktikan keseriusannya dalam mengancam Ukraina agar tidak mendekat ke NATO tanpa harus memicu dampak-dampak lain yang tidak diinginkan,” tutur dia.
Baca: Polandia-Rumania Dinilai Opsi Terbaik Evakuasi WNI Ketimbang Moldova
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News