“Yang penting ekstrakurikuler apa pun itu mata kuliah atau kurikulumnya sepanjang selalu diarahkan untuk membantu mencerdaskan anak. Saya tentunya menanggapinya ya soft-soft saja karena soal ekstrakurikuler ini memang ada yang wajib dan sukarela,” ujar Subarsono dikutip dari laman umg.ac.id, Kamis, 4 April 2024.
Dia menyampaikan ekstrakurikuler pramuka dahulunya memang bersifat wajib, namun seiring perkembangan menjadi tidak wajib. Subarsono menyebut sifat ekstrakurikuler harus selalu ditinjau mendukung kurikulum inti atau tidak.
Dulu, kata dia, pramuka masih dibutuhkan karena sesuai dengan kebutuhan masa lalu. Saat ini, kondisi global sudah berubah dan masyarakat hidup di dalam era digital dan globalisasi sehingga sudah sewajarnya perlu dipikirkan memberikan ekstra kurikulum yang berhubungan dengan literasi digital.
“Bagaimana menggunakan teknologi digital, membaca internet, X, big data dan seterusnya. Kalau saya biasa-biasa saja menarik kurikulum pramuka dari yang bersifat wajib,” ujar dia.
Dia menuturkan harus dipahami pula dunia memang sudah berubah. Siswa-siswa hidup dalam era digital dan globalisasi sehingga akan lebih mengena bila diberikan pelajaran-pelajaran yang mendukung kecerdasan, misalnya dalam penggunaan piranti-piranti digital.
“Tentunya mereka lebih mampu merespons perubahan global ini, misal kemampuan membangun networking, berkolaborasi, kemampuan berkomunikasi dalam bahasa asing, dan itu saya kira jauh lebih penting daripada pramuka,” ujar dia.
Adapun terkait pelajaran kemandirian hidup yang biasa diajarkan dalam pramuka, anak-anak zaman sekarang sebenarnya sudah belajar mandiri karena sejak kecil sudah terbiasa dengan smartphone. Dia menyebut tanpa diajari siapa pun, termasuk orang tua sudah terbisa mencari informasi sendiri melalui smartphone.
Sehingga, anak-anak zaman sekarang memiliki otonomi dan cara belajar berkelompok dalam pramuka tetap bisa mereka dapatkan secara individu melalui smartphone. Sementara itu, guru pramuka biasa seorang guru yang memiliki kompetensi pramuka.
Tantangannya saat ini mencari guru ekstrakurikuler sesuai dengan mata pelajaran ekstrakurikuler terbaru. “Kalau mau memberi ekstrakurikuler terkait digital, maka mencari pengajar yang terbiasa di bidang digital. Atau jika perlu guru-guru pramuka lama diupgrade untuk bisa mengampu ekstra-ekstra kurikuler yang baru,” ujar Subarsono.
Dia mengakui infrastruktur digital di masing-masing daerah tidak sama, karena itu daerah yang jauh dari kota bisa menggelar ekstrakurikuler sesuai di desa atau rural area bersangkutan. Misalnya, anak-anak di desa di pesisir bisa diberikan ekstrakurikuler cara berenang, menangkap ikan, atau mengolah ikan, dan lain-lain.
“Saya kira dengan begitu mereka akan memiliki soft skill sehingga kalau mereka menjadi dewasa bisa mengelola alam di sekitarnya, menangkap, mengolah, dan sebagainya. Artinya sebagai gantinya ekstrakurikuler pramuka bisa yang sesuai tren kekinian atau ekstra-ekstra yang mampu menggali potensi di sekitarnya,” ujar dia.
Baca juga: Banyak Sekolah Jadikan Pramuka Ekskul Pilihan Sejak Lama |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News