Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin dari Departemen Dermatologi dan Venerologi FKKMK Universitas Gadjah Mada (UGM), Satiti Retno Pudjiati, mengatakan kenaikan kasus infeksi menular seksual berkaitan dengan program skrining terhadap kelompok berisiko atau rentan HIV maupun sifilis.
"Kemenkes memiliki program triple eliminasi yang harus diatasi untuk ibu hamil yaitu HIV, sifilis, dan Hepatitis B. Nah, peningkatakan kasus ini karena ada peningkatan skrining oleh pemerintah secara proaktif beberapa tahun lalu. Jadi, kesannnya naik karena dulu tidak ada skrining," kata Satiti dikutip dari laman ugm.ac.id, Senin, 15 Mei 2023.
Satiti menjelskan upaya skrining tersebut untuk mencegah penularan penyakit menular seksual dan Hepatitis B dari ibu ke janin yang dikandung. Skrining sejak dini diharapkan dapat mencegah infeksi pada bayi.
"Ketiga penyakit ini menular lewat darah dan dikhawatirkan jika jumlah kuman di ibu banyak bisa menular ke janin," tutur dia.
Dia mengatakan infeksi sifilis pada bayi bisa berakibat kecacatan pada organ hingga kematian. Begitu juga Hepatitis B bisa meningkatkan kematian pada bayi karena ada gangguan pada liver.
Sementara itu, infeksi HIV menjadikan bayi mudah sakit atau rentan terhadap berbagai infeksi karena lemahnya kekebalan tubuh. Satiti menjelaskan upaya skrining dengan tes dapat dilakukan di berbagai layanan kesehatan Tanah Air secara gratis.
Selain ibu hamil, kelompok rentan lain seperti pekerja seks komersial dan lelaki seks dengan lelaki juga perlu skrining penyakit menular seksual. Satiti mengimbau masyarakat menghindari perilaku seksual berisiko dan tidak berhubungan seksual sebelum menikah untuk mencegah penularan penyakit seksual menular. Sebab, penyakit menular seksual penularan utamanya melalui kontak seksual.
Baca juga: Kemenkes Temukan 20.783 Kasus Sifilis Sepanjang 2022, Ini Penyebabnya |
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News