Ilustrasi luar angkasa. DOK Medcom
Ilustrasi luar angkasa. DOK Medcom

Menyingkap Rahasia Luar Angkasa dari Masa ke Masa oleh Ahli

Medcom • 06 Maret 2023 15:33
Jakarta: Akal budi manusia memberikan rasa keingintahuan tinggi dan terus berinovasi guna kelangsungan hidup. Hal ini, mendasari manusia mengetahui berbagai rahasia di ruang angkasa dari masa ke masa, seperti mempelajari terbit dan terbenamnya matahari, hingga cara kerja tata surya.
 
Dilansir dari laman Sumber Belajar Kemdikbud, ahli menemukan stonehenge yang diperkirakan telah ada sejak 2000 SM (sebelum masehi) di Wiltshire, Inggris. Penemuan itu berwujud batu raksasa yang disusun ke atas dalam sebuah lingkaran besar dan kokoh. Ilmuwan meyakini bangunan tersebut dapat digunakan untuk mengamati pergerakan bulan dan matahari.
 
Pergerakan matahari dan bulan tersebut dapat diketahui oleh lempengan-lempengan batu pada 400 SM oleh masyarakat mesir. Sementara itu, Shin Shen mencatat terdapat 800 bintang dalam katalog bintang pertama pada 350 SM.

Berdasarkan catatan sejarah, salah satu peradaban yang berfokus untuk mempelajari alam semesta, yakni peradaban Yunani kuno yang terjadi sekitar 500 SM-400 Masehi. Pada masa itu, berbagai teori terkait alam semesta mulai bermunculan dari ahli.
 
Ilmuwan Yunani terkenal yang membuat teori tersebut, yakni Phytagoras yang menciptakan teori bumi bundar, Ptolomeus yang mempelajari cara kerja pergerakan planet, dan Aristoteles yang mengumpulkan hasil pengamatan dari para astronom lain.
 
Pada 1543, sejarah mencatat sebuah gagasan revolusioner oleh Nicolaus Copernicus. Dia memperkenalkan teori yang mengatakan sebenarnya bumi serta planet-planet lainnya yang mengorbit atau mengelilingi matahari. Bukanlah bumi yang menjadi pusat peredaran tata surya, seperti yang sempat diyakini sebelumnya.
 
Teori tersebut didukung dengan teori lainnya oleh Tycho Brahe yang dibantu asistennya Johannes Kepler pada 1600. Teori tersebut menemukan planet-planet memang mengorbit matahari dengan jalur yang berbentuk elips. Teori tersebut kembali diperkuat dengan pembuktian oleh astronom italia, Galileo Galilei yang menggunakan teleskop untuk mengamati luar angkasa.
 
Setelah teleskop mulai banyak digunakan oleh ahli untuk pengamatan di luar angkasa, Edmond Halley mengamati sebuah komet pada 1682. Komet merupakan benda langit yang mengelilingi matahari dengan garis edar berbentuk lonjong/elips. Ia menyimpulkan komet tersebut hanya muncul setiap 76 tahun sekali, yang kemudian diberi nama Komet Halley.
 
Tak sampai di situ, pemaksimalan teleskop juga digunakan oleh William Herschel menemukan planet uranus pada 13 Maret 1781, yang menjadi planet ke-7 dari matahari. Ia secara tidak sengaja mencoba teleskop 7’ yang dibuatnya sendiri. Melalui alat itu, planet Uranus terlihat seperti cakram biru-hijau.
 
Mulai saat itu, berbagai alat dikembangkan untuk mengamati luar angkasa. Teleskop Hooker  digunakan oleh Edwin Hubble pada 1920-an untuk menghasilkan lebih banyak penemuan. Bahkan pada 1990, teleskop itu dikirim memasuki orbit luar angkasa untuk mengamati benda di ruang hampa udara tersebut. (Jessica Gracia Siregar)
 
Baca juga: Observatorium Bosscha Punya Letak Strategis Amati Benda Langit, Polusi Jadi Tantangan Kompleks

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan