Surat pengakuan Kemerdekaan RI oleh Mesir ditandatangani oleh Perdana Menteri sekaligus Menlu Mesir, Nokrashy Pasha, pada 10 Juni 1947. Surat lalu dibawa dari Mesir ke Jakarta oleh AR Baswedan, yang juga kakek mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Pengakuan Mesir terhadap Indonesia lantaran kedekatan kedua negara. Sejarah kedekatan Arab dan Indonesia itu sudah berlangsung lama.
Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa majemuk, berbagai suku dan penganut agama hidup berdampingan dalam semboyan Bineka Tunggal Ika. Salah satu kelompok yang tinggal dan menjadi bagian ialah suku Arab dan keturunannya.
Selain hasil bumi berupa rempah-rempah dan hasil tanaman lainnya, Indonesia juga dikenal dengan keramahannya. Semula, orang-orang Arab datang ke Indonesia baik dalam jumlah besar maupun perorangan untuk berdagang atau berdakwah karena wilayah ini merupakan jalur perdagangan internasional.
Gelombang kedatangan bangsa padang pasir tersebut meningkat seiring dikenalnya keramahan orang-orang Indonesia di Mekkah tempat bertemunya berbagai suku bangsa saat pelaksanaan ibadah haji. Sebagian pendatang ini menikah dengan penduduk setempat dan tinggal di Indonesia.
Jumlah mereka yang kembali ke negerinya relatif kecil dibandingkan dengan mereka yang menetap di Indonesia untuk selama-lamanya. Mereka kemudian disebut dengan wulaitii (Arab) dan muwallad (keturunan).
Indonesia menjadi mahjar atau tempat hidup baru. Menjelang abad XX, telah dijumpai permukiman Arab-Indonesia dalam jumlah relatif besar, terutama di Jakarta, Cirebon, Tegal, Semarang, dan Surabaya.
Dulu, pemerintah kolonial Belanda membedakan tiga golongan masyarakat di Indonesia berdasarkan ras. Masing-masing dikenal sebagai orang Eropa, orang Timur Asing, dan Bumi Putera.
Orang Arab-Indonesia, Tionghoa, dan India termasuk orang Timur Asing. Walaupun dianggap sebagai orang asing, namun mereka telah menyatu menjadi bagian dari bangsa Indoensia.
Seorang alim kenamaan asal Sudan Ahmad Muhammad yang dijuluki Syekh Surkati (kutu buku) tokoh organisasi pendidikan Jamiat Khair (1911) dan pemrakarsa al Irsyad (1915) serta peraih sertifikat tertinggi ahli agama dari Turki berujar: “Matiku di Jawa dalam berjuang dalam agama Allah, lebih suci bagiku daripada mati di Mekkah tanpa perjuangan apa-apa”.
Pada 1934, seorang putra Arab Indonesia AR Baswedan melalui pergerakaannya Partai Arab Indonesia menolak disematkannya Arab Indonesia sebagai warga Timur Asing dan memilih Tanah Air Indonesia serta melebur menjadi Bumi Putera.
Saat Indonesia merdeka dan membutuhkan pengakuan dunia internasional, dunia Arab hadir mengakui kedautan RI. Diplomasi RI di Mesir berhasil menarik simpati negara-negara Arab untuk mengakui kedaulatan RI.
Mesir adalah negara Arab yang menjadi pelopor dan pemimpin organisasi Liga Arab. Liga Arab didirikan pada Maret 1945 oleh tujuh negara Arab (Mesir, Irak, Saudi Arabia, Yordania, Libanon, Yaman, dan Syria).
Hubungan Indonesia-Mesir dan negara-negara Arab bertambah luas dan terarah dengan terbentuknya Liga Arab. Liga Arab sejak awal berdirinya telah menerima permohonan mahasiswa Indonesia al Azhar yang mengusulkan agar negara-negara Arab membantu perjuangan RI dalam memperoleh kemerdekaan.
Selain itu, keberhasilan tersebut didukung oleh surat kabar Arab yang menyuarakan kemerdekaan RI. Masyarakat Arab dapat mengakses langsung informasi pergerakan dan perjuangan dari Indonesia berkat kantor berita The Arabian Press Board (APB).
APB berperan mendukung perjuangan dan menjadi saksi langsung pergerakan kemerdekaan RI. Berita tentang Indonesia disiarkan ke semua negara Arab melalui Radio Republik Indonesia (RRI) di Yogyakarta.
Salah satu isi berita APB adalah situasi keamanan dan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia di Yogyakarta setelah proklamasi kemerdekaan. Perjanjian Persahabatan, Politik, dan Perdagangan Indonesia-Mesir ditanda-tangani oleh kedua negara di Kementerian Luar Negeri Mesir di Kairo pada 10 Juni 1947.
Pihak Mesir diwakili oleh Perdana Menteri merangkap Menteri Luar Negeri, Nokrasyi Pasya, sedangkan pihak RI diwakili Menteri Muda Luar Negeri, H Agus Salim.
Perjanjian Persahabatan Indonesia-Mesir memicu negara-negara Arab yang telah merdeka untuk berusaha mengakui kemerdekaan RI dan melakukan perjanjian persahabatan di antara mereka. Negara Arab pertama yang dikunjungi misi diplomatik RI di Mesir, adalah Syria. Misi diplomatik RI selanjutnya meneruskan kunjungan ke Baghdad, Irak kemudian ke Libanon, Jedah, Yaman.
Masalah Indonesia di dalam sidang Dewan Keamanan PBB di New York pada 31 Juli 1947 menjadi salah satu perdebatan yang rumit dan cukup panjang karena sikap Belanda yang masih menganggap wilayah Indonesia sebagai wilayah kekuasaannya. Perdebatan berakhir setelah disetujui pemungutan suara yang dipimpin oleh wakil Syria sebagai ketua sidang Dewan Keamanan PBB pada waktu itu dengan suara delapan setuju, yaitu Australia, Brasil, Cina, Kolumbia, Polandia, Syria, Uni Soviet, dan Amerika Serikat.
Baca juga: Kakek Anies Baswedan Sempat Terdampar di Singapura saat Bawa Surat Pengakuan Kedaulatan RI |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News