Ilustrasi BRIN. DOK BRIN
Ilustrasi BRIN. DOK BRIN

BRIN Cari Solusi Penerapan Teknologi Tepat Guna untuk Memperbaiki Kesehatan Kelompok Marjinal

Renatha Swasty • 15 Agustus 2022 21:43
Jakarta: Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sebagai lembaga yang membidangi riset dan inovasi mempunyai tanggung jawab memajukan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kesehatan. Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN, NLP Indi Dharmayanti, mengatakan salah satu tantangan dari pembangunan kesehatan adalah penerapan teknologi tepat guna yang mampu memperbaiki derajat kesehatan masyarakat.
 
“Ada dua sisi mata uang dari dampak teknologi yang diharapkan mampu mendorong kontribusi maksimal untuk meminimalkan kesenjangan pembangunan kesehatan masyarakat di daerah tertinggal dan perbatasan. Sebagai sivitas akademi BRIN, ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab kita untuk memajukan ilmu pengetahuan, khususnya pembangunan manusia bidang kesehatan,” ujar Indi dalam keterangan tertulis, Senin, 15 Agustus 2022.
 
Indi menjelaskan mereka yang termasuk kelompok marjinal umumnya terdiri dari populasi anak-anak khususnya dengan kebutuhan khusus, lansia, orang dengan gangguan jiwa, penyandang disabilitas (difabel), veteran perang, tunawisma, hidup dalam kemiskinan, LGBT, etnik minoritas, dan lain lain. Indi menyebut secara tidak langsung mereka akan menghadapi masalah keterbatasan akses terhadap pemenuhan kebutuhan hidup termasuk akses pendidikan.

“Untuk mengatasi meringankan beban kelompok marjinal, diperlukan ide-ide serta intervensi yang inovatif. Intervensi inovatif ini sering dikenal sebagai social innovation yang dapat dilaksanakan oleh pemerintah, swasta, atau siapa pun sepanjang dapat memberikan solusi. Jenis intervensi bisa menggunakan teknologi canggih misalnya digital health, suplemen makanan, atau yang menggunakan teknologi sederhana misalnya penyediaan kendaraan transportasi beserta pengendaranya untuk mendekatkan akses pelayanan kesehatan,” papar Indi.
 
Kepala Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi, Wahyu Pudji Nugraheni, mengatakan pihaknya bakal menggelar webinar nasional “Kelompok Marjinal Di Tengah Pembangunan Teknologi Kesehatan”. Isu-isu yang diangkat terkait kesehatan rural dan kelompok marjinal, terutama ketika akselerasi teknologi mulai menjadi bagian disrupsi dari pembangunan kesehatan.
 
“Teknologi memang seringkali membawa manfaat, tetapi pada beberapa pengalaman juga merupakan tantangan. Begitu juga pada pembangunan kesehatan, teknologi memiliki dua sisi yang perlu dikaji lebih mendalam untuk memaksimalkan manfaat kepada masyarakat,” tutur Wahyu.
 
Terutama, kata dia, untuk memangkas kesenjangan dalam pembangunan kesehatan. Masih terdapat bias pembangunan kesehatan di Indonesia, perubahannya tidak terlalu dirasakan oleh kelompok yang termarjinalkan.
 
Webinar akan menghadirkan empat Peneliti Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi BRIN yang akan membahas kelompok marjinal sesuai kepakaran masing-masing. Topik-topik tersebut di antaranya aspek yang diperlukan untuk memastikan “Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Daerah Tertinggal”. Pada topik ini akan dibahas pentingnya data untuk mengidentifikasi masyarakat yang tertinggal serta menempatkan orang-orang yang tertinggal dan berisiko ditinggalkan sebagai prioritas.
 
“Peran inovasi dan teknologi kesehatan diperlukan untuk memperluas akses dan kualitas pelayanan kesehatan di daerah tertinggal. Potensi pengembangan pemberdayaan masyarakat, promosi dan literasi kesehatan, optimalisasi kesehatan digital, inovasi layanan kesehatan, dan teknologi kesehatan yang tepat guna masih sangat luas dan diperlukan, sehingga sinergi berbagai bidang dalam riset kesehatan menjadi penting untuk dilakukan,” papar dia.
 
Topik berikutnya akan menerangkan sisi lain kelompok marjinal yakni dalam pencegahan dan penanggulangan dampak buruk penyalahgunaan Napza adalah melalui rehabilitasi. Topik ini juga membahas permasalahan yang muncul adalah banyak penyalahguna Napza yang kembali menggunakan Napza pasca rehabilitasi (relapse).
 
Selanjutnya, topik ketiga akan membahas sejauh mana situasi status kesehatan masyarakat di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan (DTPK) Indonesia. Topik ini akan membahas terkait status gizi balita, prevalensi penyakit menular dan penyakit tidak menular, kesehatan lingkungan, dan perilaku kesehatan.
 
Topik terakhir akan menjelaskan Rekayasa Sosial pada Masyarakat di Daerah Terpencil dalam Upaya Penurunan Hipertensi. Topik ini berisikan tentang Riset Intervensi Kesehatan (RIK) yang  menggunakan  proses pemberdayaan masyarakat yang mengedapankan kearifan lokal terutama di Kabupaten Jeneponto mengusung kebiasaan makan, pola makan, serta pola hidup yang berisiko meningkatkan Nai’Cera.
Baca juga: Kepala BRIN Beberkan Target Dunia Riset Indonesia ke Depan

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan