Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Adi Supriyanto mengatakan, layanan rapid test covid-19 bagi peserta tersebut akan dilaksanakan pada 20-24 Juli 2020 mulai pukul 07.30-12.00 WIB di gedung Plasa dr Angka ITS.
“Layanan ini Kami berikan untuk para peserta yang akan mengikuti UTBK pada tahap kedua sesuai syarat yang ditentukan,” kata Adi dikutip dari laman ITS, Selasa, 21 Juli 2020.
Dalam persiapan UTBK gelombang kedua ini, ITS juga menyiapkan rapid test bagi panitia dan pengawas UTBK. Pelaksanaan rapid test ini dilaksanakan mulai tanggal 17-22 Juli 2020 yang bertempat di gedung yang sama.
“Kurang lebih ada 40 panitia dan pengawas yang mengikuti rapid test untuk persiapan UTBK tahap kedua ini dan kami sarankan untuk terakhir rapid test pada 19 Juli sebelum bertugas nantinya,” ujarnya.
Baca juga: 32 Perguruan Tinggi Gelar UTBK Gelombang Kedua
Guru Besar Teknik Elektro ITS ini mengatakan, terdapat beberapa persiapan tambahan dari evaluasi UTBK gelombang pertama kemarin. Antara lain penambahan dan pengelolaan sampah medis, perbaikan stiker bagi peserta yang lolos check point, serta penyediaan sarung tangan dan masker bagi peserta yang tidak membawa.
“Hal ini sebetulnya hampir sama dengan tahap pertama kemarin, namun kami lakukan ini demi memberikan fasilitas yang terbaik untuk para peserta,” ungkapnya.
Selain itu, Adi menambahkan, untuk UTBK gelombang kedua ini, ITS juga kembali melakukan sterilisasi ruangan tempat UTBK. Hal tersebut dilakukan hampir setiap hari menjelang UTBK dimulai.
“Kami lakukan sterilisasi tersebut dalam tiga kali setiap harinya, yakni pagi, siang, dan sore,” paparnya.
Pada UTBK gelombang kedua yang dilakukan ITS ini, menurut Adi, terdapat total 8.750 peserta. Jumlah tersebut merupakan peserta limpahan dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
“Jadi sebetulnya jika peserta dari ITS sendiri sudah selesai pada tahap satu saja, namun di tahap kedua ini adalah semua peserta limpahan dari Unesa,” terangnya.
Adi menjelaskan, terdapat pula tambahan 116 peserta limpahan dari tahap pertama. Para peserta tersebut meminta untuk proses relokasi dengan beberapa alasan, di antaranya karena reaktif hasil rapid test, tidak adanya transportasi, dan tidak berani ke Surabaya sebab Surabaya termasuk zona hitam.
“Sedang dari 116 peserta tersebut, 95 peserta di antaranya dinyatakan reaktif, 66 di antaranya merupakan peserta reaktif asal Surabaya, sehingga dilimpahkan ke tahap kedua,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News