Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kemendikbudristek, Anindito Aditomo mengatakan, studi Bank Dunia ini diluncurkan pekan lalu. Menurut Nino, sapaan akrabnya, learning loss yang dialami Indonesia ternyata lebih kecil jika dibandingkan dengan yang terjadi di kebanyakan negara lain.
Secara internasional, satu bulan penutupan sekolah berdampak pada satu bulan kehilangan belajar. Sedangkan di Indonesia, satu bulan penutupan sekolah berdampak pada setengah bulan kehilangan masa belajar.
Menurut Nino, kecilnya angka learning loss ini merupakan dampak dari sejumlah upaya mitigasi yang dilakukan Kemendikbudristek. Di antaranya melalui kebijakan penyederhanaan kurikulum dan subsidi kuota internet bagi murid dan pendidik.
"Hal ini mencerminkan buah dari berbagai upaya mitigasi pandemi yang telah dilakukan, termasuk penyederhanaan kurikulum dan subsidi kuota internet bagi murid dan pendidik," terang Nino.
Seperti diketahui, penutupan sekolah di Indonesia selama masa pandemi terhitung cukup lama. Langkah tersebut dilakukan pemerintah sebagai bagian dari kebijakan krusial yang mengedepankan faktor keselamatan murid, meski berdampak pada terjadinya learning loss yang cukup besar.
"Karena itu hasil PISA terbaru, yang akan diumumkan Desember 2024 tapi datanya dikumpulkan di tengah masa penutupan sekolah pada tahun 2021, kemungkinan besar juga akan mencerminkan learning loss akibat pandemi. Dan karena itu juga peningkatan kualitas pembelajaran menjadi fokus utama program-program Merdeka Belajar," tutup Nino.
Baca juga: Bank Dunia: Di Indonesia, Pandemi Sebabkan Learning Loss 11 Bulan |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News