Ilustrasi. DOK Medcom
Ilustrasi. DOK Medcom

Pendaftar Mahasiswa Internasional di Universitas Inggris Turun Drastis

Renatha Swasty • 08 Mei 2025 09:42
Jakarta: Universitas-universitas di Inggris mengalami penurunan jumlah mahasiswa internasionalnya hingga 80 persen. Hal ini cukup mengejutkan karena Inggris adalah salah satu negara dengan minat yang tinggi sebagai tujuan studi mahasiswa internasional.
 
Dilansir dari laman vnexpress.net, penyebab utama penurunan ini adalah kebijakan baru yang diterapkan oleh pemerintahan Inggris serta penurunan ekonomi di sana. Data baru mengungkapkan jumlah mahasiswa internasional di beberapa universitas Inggris menurun drastis, dengan satu universitas mengalami penurunan jumlah mahasiswa hingga hampir 80 persen.
 
Menurut High Education Statistic Agency atau HESA (badan statistik perguruan tinggi di Inggris), secara keseluruhan pendaftaran mahasiswa internasional di Inggris pada tahun akademik 2023-2024 turun 7 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sementara itu pendaftaran pascasarjana non-Uni Eropa turun hingga 10 persen

Menurut situs web pendidikan internasional, hal ini didorong oleh penurunan signifikan dari pasar-pasar utama seperti negara Nigeria (-36 persen), India (-15 persen), dan Tiongkok (-4 persen).
 
Terdapat 732.285 mahasiswa internasional terdaftar di universitas-universitas Inggris pada tahun akademik 2023-2024. Sebanyak 656.735 di antaranya berasal dari negara-negara non-Uni Eropa.
 
Universitas-universitas yang berdiri setelah tahun 1992 mengalami dampak paling parah dengan penurunan 15 persen pada pendaftaran mahasiswa S3 non-Uni Eropa. Data Visa menunjukkan sebagian besar penurunan ini disebabkan oleh lebih sedikitnya pendaftar dari India dan Nigeria mulai Januari 2024.
 
Universitas Staffordshire mengalami penurunan paling signifikan, pendaftar internasionalnya anjlok dari 1.205 pada 2022-2023 menjadi hanya 255 di tahun 2024 atau turun 79 persen, dilaporkan dari Times Higher Education.
 
Universitas lain yang mengalami penurunan besar termasuk University for the Creative Arts (54 persen), University of Worcester (53 persen), dan University of Central Lancashire (50 persen).
 
Beberapa institusi mencatat penurunan sebesar 40 persen atau lebih, pada Universitas Coventry, Universitas Wales Trinity Saint David, Universitas Metropolitan Cardiff, Universitas Liverpool Hope, Universitas Liverpool John Moores, Universitas Dundee, Universitas Bishop Grosseteste, dan Universitas Southampton Solent.
 
Pengamat internal berpendapat penurunan tajam ini merupakan dampak dari larangan pemerintah terhadap tanggungan mahasiswa, sebuah faktor kunci di balik kesulitan keuangan di sektor ini.
 
Tanggungan mahasiswa merujuk pada anggota keluarga inti mahasiswa internasional, yang sebelumnya diizinkan untuk ikut tinggal di Inggris selama mahasiswa tersebut menempuh studi.
 
Baca juga: Peluang Menggiurkan, Fresh Graduate Jurusan Favorit di Inggris Banjir Cuan!

Mulai Januari 2024, mahasiswa internasional yang terdaftar di program S2 tanpa basis riset dilarang membawa anggota keluarga ke Inggris. Sebelumnya pembatasan ini hanya berlaku untuk mahasiswa sarjana.
 
Sekarang, hanya mahasiswa internasional yang mengikuti program pascasarjana S2 dan S3 dengan berbasis penelitian atau beasiswa didanai pemerintah yang dibebaskan dari larangan ini.
 
Mark Ovens, direktur unit bisnis untuk Eropa, Timur Tengah, Afrika, dan Internasional Inggris di Studyportals, mengatakan kepada University World News data terbaru ini memberikan gambaran tentang bagaimana kebijakan pemerintah terkini memengaruhi migrasi mahasiswa.
 
“Periode yang dicakup, Agustus 2023-Juli 2024, termasuk ketidakpastian yang disebabkan oleh tinjauan Komite Penasihat Migrasi terhadap Rute Pascasarjana [visa kerja] serta penghentian visa tanggungan PGT, yang memengaruhi pendatang mulai Januari 2024 dan seterusnya,” kata Ovens.
 
“Ini adalah bagian dari serangkaian tindakan yang diperkenalkan oleh pemerintah yang akan datang untuk membendung migrasi,” ujar dia.
 
Pada akhir Maret, Inggris mulai meninjau visa Graduate Route, skema visa kerja di Inggris yang memungkinkan lulusan internasional dari universitas Inggris dapat tinggal dan bekerja, di Inggris selama waktu tertentu. Setelah peninjauan, diumumkan pada bulan Mei hak kerja pasca studi akan terus berlanjut.
 
Meskipun begitu, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pendidikan mengisyaratkan rencana untuk memperketat peraturan visa pelajar dan pengawasan agen perekrutan “untuk memastikan sektor pendidikan tinggi Inggris yang terkemuka di dunia digunakan untuk pendidikan, bukan sebagai pintu masuk ke imigrasi, dengan opsi untuk tindakan lebih lanjut masih dipertimbangkan.”
 
Langkah-langkah yang diusulkan termasuk meningkatkan persyaratan manajemen keuangan sehingga mahasiswa internasional harus menunjukkan kemandirian finansial dan meninjau penilaian kemahiran bahasa Inggris untuk menstandarisasi pengujian independen dalam memastikan mahasiswa internasional memiliki keterampilan bahasa yang memadai.
 
Saat ini, mahasiswa internasional harus menunjukkan mereka memiliki £1.334 poundsterling (sekitar Rp29 juta) per bulan untuk program kuliah di London dan £1.023 poundsterling (sekitar Rp22,56 juta) per bulan untuk program kuliah di luar London, dalam waktu sembilan bulan.
 
Kebijakan lain yang disarankan adalah kepatuhan institusi yang lebih ketat dalam merekrut mahasiswa internasional, peningkatan pengawasan terhadap agen perekrutan, dan potensi pembatasan pembelajaran jarak jauh untuk memprioritaskan pendidikan tatap muka.
 
Angka-angka HESA terbaru menunjukkan total pendaftaran seluruh mahasiswa (baik internasional maupun lokal) di lembaga pendidikan tinggi Inggris turun sedikit menjadi 2.904.425 pada 2023-2024, menurun 1 persen dari tahun sebelumnya yang berjumlah 2.937.155. (Alfi Loya Zirga)
  
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan