Satryo saat dikonfirmasi membantah tuduhan arogansi dan kesewenang-wenangan dirinya terhadap sejumlah pegawai di Kemendiktisaintek. Menurut Satryo, demonstrasi tersebut terjadi merespons tengah dilakukannya mutasi besar-besaran yang menuai penolakan pegawai di Kemendiktisaintek.
Ia menjelaskan, demo itu terjadi karena adanya pihak-pihak yang tidak puas atas kebijakannya dalam mengganti sejumlah pegawai. "Tidak ada sama sekali, tidak benar (arogansi dan kesewenang-wenangan). Demo karena ada yang tidak senang dengan mutasi besar-besaran," kata Satryo usai menghadiri pelantikan Rektor Institut Teknologi Bandung periode 2025-2030, di kampus ITB, di Bandung, Senin, 20 Januari 2025.
Satryo membeberkan, mutasi besar-besaran yang tengah dilakukannya semata-mata demi efisiensi anggaran, sesuai dengan apa yang diinstruksikan Presiden Prabowo Subianto. Terlebih, menurutnya Kemendiktisaintek sangat erat kaitannya dengan tiga kementerian sekaligus sehingga wajar jika dirinya melakukan mutasi pegawai secara besar-besaran.
"Apalagi kami ini kan tiga kementerian sekaligus, jadi kami ingin membenahi, karena harus hemat dengan anggaran," tambahnya.
Baca juga: Mendiktisaintek Satryo Pecat Pegawai, Ratusan Pegawai Demo |
Maka dari itu, dia kembali memastikan demo pegawai yang dilakukan tidak ada kaitannya dengan dengan sikap arogan bahkan kekerasan secara fisik. "Ada pihak-pihak yang tidak berkenan dimutasi. Jadi enggak ada terkait arogan dan penamparan," katanya.
Sebelumnya, sebanyak 235 pegawai di lingkungan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemendiktisaintek) melakukan aksi demo Senin Hitam. Demo atas pemecatan yang dinilai tak sesuai prosedur oleh Mendiktisaintek Satryo Soemantri Brodjonegoro terhadap beberapa pegawai, termasuk Neni Herlina.
"Selain Bu Neni sebenarnya ada beberapa pergantian pimpinan di lingkup Dikti. Perubahan soal pergantian jabatan itu hal yang biasa. Tapi ini dilakukan dengan cara yang tidak elegan, tidak fair dan tidak sesuai prosedur," kata Ketua Paguyuban Pegawai Dikti, Suwitno di Kantor Kemendiktisaintek, Jakarta, Senin, 20 Januari 2025.
Suwitno mengatakan pemecatan yang menimpa Neni merupakan puncak persoalan. Dia menyebut Neni difitnah saat menjalankan tugas di bagian Rumah Tangga Kementerian.
"Bahwa Ibu Neni ini menerima sesuatu padahal dia tidak melakukannya. Kalau pegawai melakukan kesalahan, itu kan bisa ditindaklanjuti dengan penjatuhan hukuman disiplin. Tapi harus jelas prosedurnya ini tidak dilakukan sama sekali. Bahkan diusir dan diberhentikan, diminta angkat kaki," beber dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News