Perpustakaan terapung.  Foto: MI/Dwi Apriani
Perpustakaan terapung. Foto: MI/Dwi Apriani

Prihatin, Satu Buku Ditunggu 90 Orang di Indonesia Setiap Tahunnya

Citra Larasati • 22 Maret 2021 11:42
Jakarta:  Indonesia mengalami persoalan keterbatasan bahan bacaan yang terbilang akut.  Berdasarkan data Deputi bidang Pengembangan Sumber Perpustakaan, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) rasio antara jumlah penduduk Indonesia dengan buku yang tersebar di seluruh masyarakat jauh di bawah standar UNESCO.
 
Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Muhammad Syarif Bando mengungkapkan, rasio nasional buku-buku menghitung dari jumlah buku di perpustakaan umum sebagai milik masyarakat hanya, angkanya hanya 0,09.  Artinya, satu buku ditunggu oleh 90 orang setiap tahunnya.
 
"Ini menjadi persoalan utama. Sehingga Indonesia berada pada posisi terendah dalam hal indeks kegemaran membaca," kata Syarif dalam Rakornas Bidang Perpustakaan Tahun 2021, Senin, 22 Maret 2021.

Angka ini jauh di bawah standar UNESCO, yakni minimal tiga buku baru setiap orang setiap tahun. Di negara-negara Asia Timur seperti Korea, Jepang, Tiongkok, dan di Eropa Barat, bahkan Amerika Utara, rata-rata rasio tersebut sudah di atas 15-20 buku baru setiap orang. I
 
"Inilah sebenarnya tantangan kita, inilah fondasi, inilah paling mendasar kenapa budaya baca Indonesia rendah," tegas Syarif.
 
Baca juga:  Pendaftaran Beasiswa S2 Kementerian Kominfo Diperpanjang
 
Menurutnya, salah satu cara yang paling baik ditempuh untuk mengurangi keterbatasan buku secara nasional tersebut adalah menggenjot peran para kepala daerah.  Baik itu bupati, Walikota, para gubernur untuk bertanggung jawab menuliskan buku-buku yang sesuai dengan kearifan lokal di daerahnya masing-masing.
 
"Local content ini adalah tentang asal-usul budayanya, asal-usul tentang geografinya," terangnya.
 
Sebab tidak mungkin jika salah satu daerah di Kalimantan Barat harus menunggu orang-orang di salah satu daerah Jawa Timur untuk menuliskan tentang bagaimana potensi wilayah Kalbar. "Bagaimana potensi sumber daya alam daerah itu, bagaimana potensi sumber pariwisata daerah itu. Semua harus dilakukan sebagai tanggung jawab bersama untuk menghadirkan buku lagi," ungkap Syarif.
 
Untuk itu, Syarif berharap di tahun ini semua pihak memiliki komitmen dan kinerja bersama untuk mengatasi keterbatasan bahan bacaan ini. "Salah satu memperbanyak buku-buku local content.," tandasnya,
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan