Ilustrasi: Medcom
Ilustrasi: Medcom

Profesi Travel Medicine, Berkarier Jadi Tenaga Kesehatan Sekaligus Jalani Hobi Traveling

Citra Larasati • 01 Maret 2025 16:09
Jakarta:  Siapa bilang menekuni minat di bidang kesehatan sekaligus menjalani hobi jalan-jalan adalah hal yang mustahil dilakukan?  Ternyata ada profesi yang bisa Sobat Medcom geluti jika ingin menjalankan dua hal tersebut sekaligus, yakni travel medicine.

Apa Itu Travel Medicine?

Travel medicine adalah disiplin ilmu yang berfokus pada kesehatan wisatawan sebelum, selama, dan setelah perjalanan.  Program Studi Kedokteran Fakultas Ilmu Kesehatan, Kedokteran, dan Ilmu Alam (FIKKIA) Universitas Airlangga (UNAIR) Banyuwangi turut berperan dalam membekali calon dokter dengan keterampilan khusus dalam bidang tersebut.
 
KPS Kedokteran FIKKIA, Muhammad Nazmuddin menyebutkan, banyak peluang karier terbuka bagi dokter yang ingin menekuni travel medicine. Seorang dokter bisa bekerja pada klinik khusus vaksinasi dan travel medicine, rumah sakit dengan pelayanan kesehatan perjalanan. Bahkan, bisa juga membuka praktik sendiri.
 
Selain itu, dokter di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) memiliki peran penting dalam pengawasan kesehatan pelaku perjalanan. Termasuk vaksinasi, skrining penyakit menular, dan pengendalian wabah terminal perjalanan internasional.

Industri pariwisata juga membuka kesempatan luas bagi dokter dalam kapal pesiar, maskapai penerbangan, serta layanan haji dan umroh yang membutuhkan tenaga medis untuk menangani kesehatan wisatawan.
 
“Bagi calon dokter yang ingin menjadikan perjalanan sebagai bagian dari profesi mereka sekaligus berkontribusi dalam kesehatan global. Travel medicine menawarkan pilihan karier yang menjanjikan dan penuh petualangan,” kata Didin, sapaan akrabnya, dikutip dari laman Unair, 1 Maret 2025.
 
Selain pilihan karier yang luas, bidang tersebut juga menawarkan berbagai peluang studi lanjut dan sertifikasi. Dokter dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang master atau PhD dalam travel medicine atau tropical medicine.
 
Selain itu, sertifikasi seperti Certificate in Travel Health (CTH) dari International Society of Travel Medicine (ISTM) dapat meningkatkan kredibilitas di bidang tersebut. “Bagi yang tertarik pada aspek spesifik perjalanan, sertifikasi dalam aviation medicine atau maritime medicine juga tersedia untuk bekerja di industri penerbangan atau kelautan,” kata Didin.
 
Riset bidang kedokteran pariwisata itu juga merupakan bidang yang menarik. Berbagai topik penyakit infeksi pada pelaku perjalanan seperti malaria, demam berdarah, dan tuberkulosis menjadi perhatian.
 
Baca juga:  Jelang Pendaftaran Rekrutmen Bersama BUMN 2025, Ini Hal-Hal yang Harus Diperhatikan!
Efek perjalanan jarak jauh terhadap kesehatan yang membuat jet lag dan deep vein thrombosis seringkali ditemukan. “Selain itu, tren wisata medis yang mencakup pasien bepergian untuk transplantasi organ atau fertilisasi in vitro (IVF) semakin berkembang. Juga membutuhkan perhatian khusus dari tenaga medis profesional,” ungkapnya.
 
UNAIR Banyuwangi memiliki sumber daya akademik yang kuat untuk mendukung travel medicine.
 
Dengan dosen yang berpengalaman dalam kedokteran tropis, kesehatan lingkungan, epidemiologi, serta medis darurat, mahasiswa dapat memperoleh pemahaman mendalam tentang tantangan kesehatan dalam perjalanan. Jejaring dengan industri pariwisata juga memungkinkan pengembangan layanan kesehatan perjalanan yang lebih luas.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan