Mahasiswa Unair, Prima Dini Antares (kiri). Foto: Unair
Mahasiswa Unair, Prima Dini Antares (kiri). Foto: Unair

Satu-satunya Mahasiswa S1 yang Hadir di AFSN, Begini Cerita Dini

Citra Larasati • 17 September 2023 20:00
Jakarta:  Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair), Prima Dini Antares tampil di Asian Forensic Sciences Network (AFSN) Annual Meeting yang ke-15 di Malaysia. Dini menjadi satu-satunya peserta yang berstatus mahasiswa S1 di acara bergengsi tersebut.
 
Dini merupakan satu-satunya mahasiswa dari jenjang S1 yang hadir dalam forum ahli forensik se-Asia itu. Ia mengaku diajak untuk ikut dan hadir dalam forum tersebut.
 
Awalnya, dengan pengumpulan abstrak hingga penelitian oleh dosen Antropologi peminatan ragawi Prof Dr Phil Toetik Koesbardiati DFM PA (k).  “Awalnya ditawari oleh beliau (Prof Dr Phil Toetik, Red), mau ikut apa tidak. Terus setelah itu saya membantu dalam proses penelitian mulai dari menghitung data, identifikasi tengkorak, dan lainnya,” ungkap Dini dikutip dari laman Unair, Minggu, 17 September 2023.

Ia juga berharap ada perwakilan lagi dari antropologi untuk tahun mendatang. Karena, pengalaman yang diberikan oleh acara ini sangatlah banyak dan berharga.
 
Dini membahas metode membedakan jenis kelamin pada sisa rangka manusia.  Ia juga mempresentasikan metode antropometri segitiga MAP (Mastoid, Asterion, dan Porion) pada sampel orang Indonesia. 
 
“Sebelumnya, pernah ada penelitian dari luar, dari Brazil dan Nigeria. Nah, punya kita sampel orang Indonesia dengan segitiga MAP,” kata Dini.
 
Untuk itu, ia ingin mencari alternatif lain untuk membedakan jenis kelamin. "Biasanya kalau kita itu pake metode nonmetrik, namun metode ini terlalu susah untuk pemula. Metode metrik segitiga MAP ini lebih mudah bagi pemula,” kata Dini. 
 
Menurut Dini mengikuti forum tersebut membuatnya mendapat banyak pandangan baru terkait forensik. Misalnya, cara menyelesaikan kasus child abuse hingga kasus orang tenggelam.
 
Ia juga berkesempatan bertemu dengan ahli forensik se-Asia. “Banyak insight dari orang-orang penting di bidangnya. Kaya bagaimana cara mereka menyelesaikan suatu kasus. Seperti kasus child abuse, kasus tenggelam,” katanya.
 
Ia juga semakin menyadari, betapa majunya teknologi di bagian forensik. Terus saya juga sadar kalo orang-orang di sini bukan orang main-main. Mereka benar-benar orang yang udah punya pengalaman banyak banget dan koneksinya juga luas,” tambahnya.
 
Kuliah di kampus favorit dengan beasiswa full kini bukan lagi mimpi, karena ada 426 Beasiswa Full dari 21 Kampus yang tersebar di berbagai kota Indonesia. Info lebih lanjut klik, osc.medcom.id.
 
Baca juga: Cerita Wahyu, Mahasiswa Unair yang Dapat 'Tiket Emas' Lulus Tanpa Skripsi

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan