Hendy mengungkapkan ambisinya dimulai dari keinginan memiliki prestasi berbeda dibandingkan dengan mahasiswa yang menempuh jalur pendidikan reguler. Melalui program beasiswa Fast Track dan Double Degree, Hendy berhasil memperoleh satu gelar sarjana dan dua gelar magister dari ITS dan National Taiwan University of Science and Technology (NTUST) Taiwan.
“Sekiranya ini dapat menjadi suatu nilai yang berbeda ketika seseorang menilai kita,” kata pemuda kelahiran 3 Oktober 2002 ini dalam keterangan tertulis yang dikeluarkan ITS, Minggu, 29 September 2024.
Hendy meneybut untuk mencapai titik tersebut, dirinya harus melewati berbagai rangkaian seleksi meliputi seleksi administrasi, tes psikotes, Test of English as a Foreign Language (TOEFL), dan tes tulis. Hendy juga memasang target bisa lulus program S1 di semester 7.
“Akhirnya saya berhasil lulus S1 di Wisuda ke-127 ITS dan menjadi lulusan termuda khusus di hari kedua,” beber mahasiswa angkatan 2019 ini.
Belum puas dengan beasiswa Fast Track yang tengah ditempuhnya, Hendy mendaftar pada Taiwan Tech International Dual Degree Program Scholarship setelah resmi lulus program S1 di ITS. Program hasil kerja sama ITS dengan NTUST ini akhirnya mengantarkannya pada gelar Master of Science (MSc) dan Master of Engineering (MT) di tahun yang sama dengan beasiswa.
“Ketiga gelar itu saya peroleh dalam kurun waktu lima tahun masa studi,” beber Hendy.
Mahasiswa yang baru resmi lulus program S2 di Wisuda ke-130 ITS pada Sabtu, 28 September 2024 ini memilih bidang lumayan berbeda dalam penyusunan tugas akhir dan tesisnya. Selama pengerjaan Tugas Akhir (TA) dalam program S1, Hendy banyak berkutat pada bidang logam khususnya aluminium foam.
Ia menciptakan sebuah prototipe aluminium foam yang nantinya dapat difungsikan sebagai crash box pada mobil. “Tujuannya untuk keselamatan dan perlindungan struktur mobil,” papar dia.
Beralih ketika studi S2, Hendy membelokkan kemudinya pada penelitian di bidang semikonduktor. Beberapa kesulitan dialami sebab bidang tersebut memiliki ranah yang jauh berbeda dengan studinya di S1.
Bermodal ketekunan, Hendy akhirnya berkesempatan menjadi salah satu co-author dalam buku tentang semikonduktor garapan profesornya di NTUST. Tesis yang ia kerjakan juga memiliki topik linear, yakni mengenai fotodetektor dengan bahan perovskite.
Wisudawan asal Tangerang tersebut menyebutkan ITS memegang peranan penting dalam mewujudkan segala pencapaiannya saat ini. Dia mengatakan dapat menempuh S2 di dua universitas berbeda negara secara gratis tak lain berkat kapasitas ITS membuka peluang bagi mahasiswanya ke ranah internasional.
Hendy juga bersyukur atas dukungan para dosen dan tendik yang mempermudah dirinya terkait segala alur dan prosedur. “Saya rasa ada utang budi sebab ITS sudah menyekolahkan saya,” kata dia.
Lulusan S2 Department of Materials Science and Engineering NTUST ini berharap mahasiswa tidak lagi takut untuk mengambil kesempatan Fast Track dan Joint Degree sekaligus. Ia juga mendorong adik-adik tingkatnya untuk menjadi mahasiswa yang lebih ‘oportunis’ dalam memandang suatu hal di masa depan.
“ITS membuka banyak peluang untuk kita, maka manfaatkanlah sebaik mungkin setiap kesempatan yang ada,” pesan dia.
Baca juga: Lulus S1 di Usia 20 Tahun, Ester Berkejaran dengan Usia Pensiun Orang Tuanya |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News