Hanun sejak kecil sudah terbiasa dengan aktivitas di luar rumah, baik darat seperti camping, hiking, skateboarding dan laut seperti snorkling dan diving. Bahkan, sejak usia 7 tahun, dia mencapai puncak gunung pertamanya, yakni Gunung Ijen di perbatasan Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Indonesia.
“Jadi waktu itu pas 7 tahun pertama kali naik gunung Ijen Banyuwangi. (Aku ingin naik gunung) karena Ibu sama Ayah pernah naik gunung juga," cerita siswa kelas 5 SD Cikal Serpong itu dalam keterangan tertulis, Senin, 14 Agustus 2023.
Aryo, Ayah Hanun, mengungkapkan sengaja memperkenalkan dan membiasakan Hanun lekat dengan alam sejak kecil. Hal itu sudah menjadi komitmen yang dibangunnya bersama istri sebelum Hanun lahir.
“Hanun itu sejak kecil suka sekali dengan alam. Ia suka laut, pantai, jadi tidak hanya mendaki gunung. Dari Hanun TK, kami selalu membiasakannya secara periodik ke luar rumah, sehingga memang minat Hanun di sana tumbuh secara alami,” tutur Aryo.
Keinginan Hanun mendaki Gunung Rinjani semakin tinggi sejak dia mengetahui arti nama “Raihanun Rinjani” yang diberikan oleh orang tuanya. Dia juga kerap menyaksikan video perjalanan pendakian Gunung Rinjani.
“Aku tahu nama Gunung Rinjani karena Ibu juga pernah ceritain arti namaku, terus juga, sebelum naik gunung, aku pernah nonton di YouTube yang naik Gunung Rinjani jadi pengin. Aku enggak sempet baca-baca, aku mau langsung lakuin aja, tanpa tahu medannya,” cerita Hanun.
Retta, Ibunda Hanun, mengungkapkan pemilihan nama Raihanun Rinjani merupakan doa baik yang terinspirasi dari dua kata, Raihanun dan Rinjani. Raihanun berarti “Pohon yang harum” dan Rinjani bermakna “berani, tangguh” merujuk pada legenda Rinjani.
"Doa kami alhamdulillah sesuai dengan namanya, di mana Hanun ini tangguh untuk menaklukan tantangan yang dipilih tidak hanya naik gunung, tapi dalam kehidupan sehari-hari. Ada obstacles dan dia pantang menyerah,” ungkap Retta.

Perjalanan Raihanun Rinjani Pratomo ke puncak Gunung Rinjani. DOK SD Cikal Serpong
Perjalanan menaklukkan Rinjani
Hanun dan orang tuanya bersiap dari 3-4 bulan sebelum pendakian. Hanun menceritakan dia mempersiapkan diri dengan baik dari segi fisik dan mental.Untuk persiapan fisik, Hanun berlatih renang, bermain basket, dan olahraga lainnya. “Persiapannya itu berenang di gym, sebenarnya enggak ada persiapan khusus, tapi aku banyak olaharaga saja, main sama teman, olahraga dan main basket,” ungkap Hanun.
Sebagai Ibu, Retta melihat Hanun sejak kecil memiliki ketahanan fisik yang sangat baik. Hanun banyak mengikuti kegiatan klub olahraga di Cikal, olahraga mini kids triathlon sejak TK.
“Hanun memiliki fisik yang bagus, yang baik. Ia ikut klub basket di PHE Cikal, dilatih lagi dan ikut membantu persiapannya. Dari kecil senang outdoor activity mengikuti mini kids triathlon (renang, sepeda, lari) jadi terlihat dari sana, Hanun bisa menjalani dengan baik, dari sisi brave-nya ada dan dari segi fisik oke, persiapannya sudah mumpuni,” tutur Retta.
Ibunda Hanun mengungkapkan persiapannya tidak hanya fisik, mental, dan perlengkapan saja. Melainkan juga terdapat lisensi atau perizinan resmi pendakian dari Taman Nasional Gunung Rinjani pada April dari sisi administratif.
Perjalanan Hanun didampingi kedua orang tuanya mencapai puncak Gunung Rinjani didampingi tour guide pendakian dan porter resmi Taman Nasional Gunung Rinjani. Hanun dan kedua orang tuanya mulai melakukan perjalanan sejak pagi hari ke Camp Site Gunung Rinjani dengan waktu tempuh 10 jam dan melalui 4 pos perhentian.
“Dari bawah gunung sampai camp sitenya itu butuh waktu 10 jam, jadi aku lewatin 4 pos, di setiap pos itu biasanya istirahat. Tapi, aku sih enggak di setiap pos, kalau di jalan capek istirahat dulu. Di pos 2, makan siang dulu, lanjut pos 3, lalu ke pos 4, terus baru sampai ke camp
sitenya yang dikenal dengan nama Pelawangan,” cerita Hanun.
Sampai di Camp site malam hari, tepatnya pukul 8 malam, Hanun beristirahat dan akan kembali melanjutkan perjalanan menuju puncak Rinjani bersama dengan Ayahnya pada pukul 4 pagi. Jam pendakian ke puncak ditetapkan demi memenuhi kebutuhan istirahat Hanun.
“Jam 1 aku sudah bangun, tapi Ibuku enggak bolehin naik karena masih terlalu malam. Jadinya, jam 4 pagi, bangun siap-siap abis itu naik ke puncaknya. Camp site Pelawangan ke puncak itu butuh 12 jam, jam 4 pagi jalan sampai puncak jam 4 sore,” ungkap Hanun yang juga mahir dalam bermain skateboard ini.
Perjalanan mendaki puncak Gunung Rinjani dalam 12 jam, tidak membuat Hanun meminta bantuan ayahnya maupu tour guide. Hanun mendaki dengan ketentuan setiap tiga
langkah berhenti.
Hanun bercerita dia mendaki ke puncak dengan memakai tongkat gunung didampingi Ayahnya. Sementara ibunya menunggu di campsite. Bersama dua tour guide lainnya, Hanun berjalan pelan-pelan.
"Sulit banget jalurnya, apalagi letter i, letter i itu adalah bukit terakhir yang harus dilalui sebelum naik ke summit. Mostly soft sand jadi setiap 3 langkah berhenti dulu, istirahat semenit karena nanjak banget, terus kemiringan sekitar 45 derajat, berpasir, berbatu, kanan kiri jurang, ada kawah juga, ada gunung baru jadi,” kenang Hanun.

Raihanun Rinjani Pratomo dan kedua orang tuanya dalam perjanalan mendaki Gunung Rinjani. DOK SD Cikal Serpong
Berhasil membuktikan diri
Perjuangan dan kegigihan Hanun menuju puncak akhirnya terbayarkan. Dia tiba di puncak pada pukul 4 sore.Tangis bangga dan haru sang Ayah, Aryo, juga turut menjadi saksi ketangguhan dan keberanian Hanun mencapai puncak impiannya di usia 10 tahun, puncak Gunung Rinjani.
Kedua tour guide juga mengabadikan momen-momen capaian langkah Hanun dan sang Ayah di puncak Rinjani dalam sebuah video. Aryo, yang turut mendampingi mengungkapkan rasa terharunya ketika melihat detik-detik Hanun sampai ke puncak gunung tertinggi kedua di Indonesia itu.
“Saya nangis haru melihat Hanun sampai ke puncak. Kedua tour guide yang mendampingi pun semua terharu. Saya melihat ia desperate, dari ketawa, senyum, diam, ketawa, bengong sebelum sampai puncak. Saat sampai puncak itu hanya kita aja berempat, udah enggak ada orang lagi. Di jalan itu tidur, nanti 5 menit jalan lagi. Dari yang ngajak ngobrol, nyanyi, dan diemin dulu. Fisik mungkin satu hal, tapi Hanun telah (membuktikan) punya mental yang kuat dan tangguh,” kata Aryo.
Pujian demi pujian juga diterima Hanun yang menjadi pendaki termuda saat pendakian Juni 2023 tersebut. Pujian juga datang dari pendaki Malaysia yang mengatakan "Young Rinjani, Meet Old Rinjani”.
Setelah sampai di puncak Rinjani dan kembali ke Campsite pada malam hari, Hanun mendapat tepuk tangan apresiasi kembali dari pendaki. Bagi Hanun, terdapat enam pelajaran hidup yang ia rasakan dan refleksikan.
Antara lain, fokus terhadap tujuan, tidak pernah menyerah, tetap berjuang dan berusaha, mengontrol diri, peka terhadap diri sendiri, dan tidak memaksakan diri.
“Aku perasaannya happy pasti, capek juga, I’m proud of myself, accomplished my goal. Happy, proud, bersyukur sampai puncak. Aku belajar untuk fokus ke goal, ke target aku, never give up, keep trying, self-control, self awareness. Aku tahu medan, tahu kondisi badan,
tahu limit agar tidak dipaksakan,” tutur Hanun.
Bagi kedua orang tua Hanun, capaian anaknya hingga sampai puncak Rinjani bermula dari kemauan diri dan ketangguhan. Hanun juga sudah membuktikan dia berhasil menghadapi rintangan, membangun interaksi dengan orang sekitar, memahami kehidupan warga lokal, belajar bersimpati, hingga berempati pada orang lain dengan baik.
Baca juga: Nenek 71 Tahun Sukses Capai Puncak Gunung Rinjani |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id