Valensius Sugiharto, lulusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) UMM.  Foto:  Medcom.id/Daviq Umar Al Faruq
Valensius Sugiharto, lulusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) UMM. Foto: Medcom.id/Daviq Umar Al Faruq

Kisah Guru Honorer, Menempuh Jalan Berlumpur Menuju Sekolah

Daviq Umar Al Faruq • 19 September 2019 16:53
Malang:  Valensius Sugiharto, lulusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) memilih jalan terjal.  Di antara banyak kesempatan mengajar di daerah yang sudah maju, ia justru memilih pulang kampung, menjadi guru honorer di SDN Wongkol Torok Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
 
Sekolah tempatnya kini mengajar merupakan daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T).  Daerah yang serba terbatas dalam mengakses hasil pembangunan, minim infrastruktur juga  sarana prasarana.
 
Namun baginya, menjadi tenaga pendidik adalah cita-cita mulia.  Meski diakuinya, jalan itu tak mudah.

Menjadi pendidik, artinya turut memikul tanggung jawab untuk membangun kemajuan bangsa. Terlebih mengajar di sekolah di desa tertinggal, tak sedikit kendala yang ia hadapi.
 
"Seperti sarana dan prasarana yang belum mendukung, media pembelajaran yang digunakan kurang, fasilitas gedung sekolah pun belum mendukung. Sehingga ada begitu banyak kendala,” kata Valensius di Malang, Kamis 19 September 2019.
 
Tak hanya itu, kendala lain yang dihadapi Valensius yakni latar belakang masyarakat di sekolah tempatnya mengajar yang mayoritas bercocok tanam.  Dengan tingkat pendidikan orang tua yang kebanyakan putus sekolah. 
 
"Saat lulus SD banyak yang tidak melanjutkan sekolah untuk membantu perekonomian orang tua,” beber Valensius yang masih berstatus honorer ini.
 
Sehari-harinya, ia harus bersusah payah menempuh jarak tiga kilometer dari rumahnya untuk menuju SDN Wongkol Torok.  Jalan berbatu merupakan pemandangan biasa baginya sebelum bertemu 160 siswa yang bersekolah di SD tersebut.
 
Semua itu dijalaninya demi memperjuangkan perbaikan pendidikan di daerah tersebut.
“Selain itu kendalanya adalah saat musim hujan di sekolah kami itu lumpur semua. Sehingga guru dan siswa itu tidak ada yang menggunakan sepatu dan saya harus berjalan kaki untuk menuju sekolah,” kisahnya.
 
Valensius berharap, ke depannya kesejahteraan para pendidik ataupun para guru honorer terus diperhatikan oleh pemerintah.  Ia sendiri adalah salah satu peserta Program Profesi Guru (PPG) Daerah Khusus (Dasus) yang diprogramkan oleh pemerintah sebagai perwakilan dari sekolah yang berlokasi di desa tertinggal.
 
Dia lolos setelah melewati Pretest Uji Kompetensi Guru (UKG).  “Sedari awal itu memang berdasarkan Pre tes UKG, sehingga saat dikonfirmasi tempo hari oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) saya dan seorang rekan yang berasal dari Manggarai Barat berhak mengikuti pendidikan PPG selama tiga bulan di UMM,” ujar Valensius.
 
Awalnya Valensius melaksanakan kegiatan PPG selama delapan hari di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK). Lalu dilanjutkan dengan kegiatan pendidikan di UMM selama dua bulan.
 
Lalu setelah itu, praktek lapangan selama tiga minggu.  Sebagai informasi, Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMM Periode II Tahun 2019 memiliki jumlah lulusan sebanyak 380 orang. Terdiri dari 112 atau 29 persen laki-laki dan 268 atau 71 persen perempuan.
 
PPG Dalam Jabatan (Daljab) sebanyak 291 orang. Terdiri dari 260 lulusan yang berada di dalam naungan Kemenristekdikti dan 31 lulusan di bawah naungan Kementerian Agama. PPG Pra Jabatan sebanyak 81 orang dan PPG SM3T sebanyak 8 orang.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan