Hal itu telah dibuktikan Laura, mahasiswi UMSU anak dari keluarga Kristen Protestan yang diwisuda pada Selasa, 8 Agustus 2025 dari Fakultas Hukum UMSU. “Awalnya saya ragu karena perbedaan, tetapi saya justru menemukan rumah kedua di UMSU. Kampus ini tidak hanya menjadikan toleransi sebagai jargon, tetapi sebagai praktik nyata,” kata Laura dikutip dari laman UMJ, Minggu, 20 Juli 2025.
Tak sekadar kuliah di kelas, Laura juga menjadi salah satu mahasiswi yang aktid berorganisasi, di antaranya menjadi Sekretaris Komunitas Peradilan Semu (KPS) Fakultas Hukum UMSU Periode 2023-2024. Tak hanya Laura, banyak juga mahasiswa non-muslim yang kuliah di UMSU.
Mereka merasa diperlakukan dengan baik, tidak ada diskriminasi, keadilan dan toleransi diterapkan, tidak hanya berhenti menjadi papan jargon promosi kampus. “Saya Laura Amandasari mahasiswa Kristen Protestan. Di sini saya bukan mewakili diri saya sendiri tentunya, tapi juga ingin menyuarakan kisah saya yang saya yakin mewakili teman-teman sekalian,” imbuhnya.
Keputusannya untuk masuk UMSI bermula karena sebuah alasan, yakni akreditasi UMSU yang sudah unggul. Keputusan ini diambil sesuai dengan pesan guru SMA nya agar tidak downgrade.
Meski sudah memutuskan memilih UMSU, namun dirinya masih kebingungan akan bagaimana nasibnya ke depan, sebagai anak dari keluarga Protestan namun kuliah di kampus Muhammadiyah, orang tuanya sempat mengalami kekhawatiran akan potensi dikucilkannya putri kesayangannya ketika di kampus.
“Pak, aku enggak dikucilkan. Aku diterima di sini. Dan memang benar kekhawatiran saya pelan-pelan itu terbukti. Karena apa? saya diterima memang dan bapak saya mulai memahami bahwa di sini tidak ada ruang untuk diskriminasi,” kata Laura.
Baca juga: Cerita Nyndha, Anak Penjual Soto yang Prestasinya di Dalam dan Luar Kelas Diterima Kuliah Gratis di UGM |
Tak sampai di situ, Laura mengaku punya kenangan yang terlupakan selama menempuh pendidikan di UMSU, yakni ketika ada program wakaf Al Qur’an pada Bulan Ramadan tahun 2024.
“Bagi saya teman-teman, ini bukan pengalaman lintasiman saja, tapi bagaimana kita belajar tentang kebersamaan, toleransi, dan kemanusiaan. Sebab akhirnya yang paling dikenang adalah bukan pencapaian atau kebaikan, tapi kebaikan yang tertinggal saat kita pergi,” imbuhnya.
“Jika teman-teman pernah mendengar kalimat toleransi di kampus kita, ini bukan hanya sebuah jargon tapi nilai indah diimplementasikan oleh Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara,” kata Laura.
Di UMSU ia juga mendapat tambahan nilai dan pandangan hidup seperti rasa hormat, kasih, toleransi, dan semua itu menurutnya adalah pondasi untuk membangun peradaban damai di masa mendatang. “Karena sampai detik ini saya wisuda, saya masih sebagai seorang Kristen Protestan di tengah-tengah ramainya wisudawan muslim di Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News