Profesor UB Fitri Utamingingrum. DOK UB
Profesor UB Fitri Utamingingrum. DOK UB

Kisah Fitri Utaminingrum, Peneliti Inspiratif UB di Bidang Computer Vision

Renatha Swasty • 03 April 2024 18:09
Jakarta: Perjalanan Profesor Dr. Eng. Fitri Utamingingrum, S.T., M.T., menyandang gelar profesor di Universitas Brawijaya (UB) melalui jalan sangat panjang dan berliku. Bahkan, ada masa dia harus meninggalkan anaknya yang baru lahir untuk menempuh pendidikan S3 di Jepang.
 
Fitri menyebut di luar kesibukannya sebagai seorang profesor yang memiliki tanggung jawab besar dalam mengajar, meneliti, dan mengabdi kepada masyarakat, dia gemar travelling dan wisata kuliner bersama keluarga.
 
Kegiatan ini sebagai sarana menjaga keseimbangan hidup dan melepaskan penat dari rutinitas kesibukan sehari-hari serta memberinya inspirasi dan kesegaran untuk terus berinovasi. Selain itu, waktu bersama keluarga juga menjadi prioritas tak terpisahkan.

Tersimpan momen suka duka dalam perjalanan karier peneliti yang memiliki prestasi level internasional dan terakhir meraih penghargaan UB Inspirational Women in Science Researcher 2023 itu.
 
“Saat saya memperoleh beasiswa untuk melanjutkan S3 di Jepang, saya harus meninggalkan dua anak saya yang masih kecil-kecil, bahkan newborn baby masih dalam proses ASI. Peran sebagai ibu tetap harus dijalani, proses komunikasi lintas negara dilakukan via Skype untuk mengobati kerinduan,” kenang Fitri dikutip dari laman prasetya.ub.ac.id, Rabu, 3 April 2024.
 
Meskipun terasa berat, dia menyadari dua tanggung jawab sebagai seorang ibu dan pelajar adalah amanah yang harus dijalankan dengan baik. Fitri mengaku baru mengenal dunia penelitian saat menempuh kuliah S3 di Jepang.
 
Fitri diharuskan melakukan penelitian terus menerus. Awalnya, penelitian dan publikasi terasa seperti suatu keharusan yang harus dipenuhi karena sebagai salah satu syarat kelulusan S3.
 
"Bahkan hampir tiap hari saat S3 dulu harus working overtime di laboratorium untuk memenuhi target yang diberikan. Karena seringnya diminta untuk melakukan penelitian saat kuliah S3 dulu, akhirnya berdampak pada kecintaan pada dunia penelitian," kata dia.
 
Meskipun tidak mudah, dengan ikhtiar doa serta diiringi tekad dan semangat untuk terus berjuang, mengantarnya ke jalan terbaik versi Allah.
 
"Seiring waktu, dengan rasa penasaran dan keinginan untuk menemukan jawaban, mendorong saya merasakan keasyikan dalam proses penelitian dan kepuasan saat berhasil menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi sekaligus menghasilkan karya yang bermanfaat bagi masyarakat," tutu dia.
 
Fitri menilai penelitian bukan hanya untuk akademisi. Tetapi untuk siapa saja yang memiliki rasa ingin tahu dan ingin memberikan kontribusi bagi kemajuan ilmu pengetahuan.
 
Sepulang dari studi S3 di Jepang, dia melihat seorang mahasiswa disabilitas yang harus bergantung pada temannya. Sebab, tidak dapat mengoperasikan kursi roda mandiri karena memiliki disfungsi pada kaki dan tangan.
 
Tergerak dari rasa empati, Fitri memutuskan mengembangkan Kursi Roda Pintar bersama Group riset Computer Vision agar dapat membantu mobilitas untuk mendukung kemandirian penyandang disabilitas.
 
“Saya ingin menghasilkan sesuatu yang berguna bagi sesama khususnya para disabilitas sebagai bentuk pertanggung jawaban saya juga kepada Allah atas ilmu pengetahuan yang saya dapatkan agar bisa bermanfaat untuk sesama," tutur dia.
 
Deadline ketat dan kesukaran dalam pelaporan anggaran juga menjadi tantangan bagi peneliti. Fitri harus mampu menyelesaikan penelitian tepat waktu tanpa mengorbankan kualitas penelitiannya.
 
Bahkan, saat harus memenuhi kewajiban penelitian tidak hanya prototipe kursi roda pintar, tetapi juga publikasi hasil penelitian di jurnal Internasional bereputasi sangat baik Q1.
 
Dia harus melampaui beberapa tahapan proses review yang sangat panjang dan ketat bahkan pernah sampai 2 tahunan.
 
Fitri berkomitmen terus mengembangkan kursi roda pintar yang terfokus pada optimalisasi fitur-fitur yang ada, serta peningkatan ergonomi demi kenyamanan penggunanya. Hal itu dengan menggandeng berbagai lintas bidang keilmuan sebagai bentuk upaya agar produk penelitian dapat dihirilisasi.
 
“Jangan ragu menggali potensi yang luar biasa yang dimiliki untuk berkarya, berinovasi bahkan mengubah dunia. Jangan takut gagal dan jangan pernah berhenti belajar, teruslah mengasah ilmu dan kemampuanmu agar bisa bermanfaat untuk membantu sesama," pesan Fitri.
 
Fitri menyandang gelar profesor aktif ke-171 di UB sekaligus profesor kedua di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya (FILKOM UB) bidang Computer Vision. SK Guru Besarnya turun pada 1 Desember 2022 dan baru resmi dikukuhkan pada 26 Juni 2023.
 
Fitri memaparkan orasi ilmiah berjudul “Kursi Roda Pintar Multi Fitur Bantu Disabilitas” di hadapan rektor dan guru besar Universitas Brawijaya.
 
Baca juga: Kisah Ulfah Maisaroh Tabung Uang Beasiswa Demi Kuliah S2 hingga Lulus dengan IPK 4,00 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan