Salah satu karya lukis Raysha di media produk elektronik. Foto: Medcom.id/Citra Larasati
Salah satu karya lukis Raysha di media produk elektronik. Foto: Medcom.id/Citra Larasati

Berawal dari Terapi, Raysha Jadikan Produk Elektronik Sebagai Media Lukis

Citra Larasati • 26 April 2024 18:35
Jakarta:  Menyandang autisme justru memberi Raysha Dinar Kemal Gani lensa unik dalam melihat dunia. Baginya, warna dan bentuk tak hanya sekadar elemen seni.
 
Raysha menyukai melukis sebagai media ekspresi dan sarana terapi. Melalui hobi melukisnya, Raysha konsisten menghasilkan sebuah karya dan bermanfaat untuk teman-teman individu autistik lainnya dari keluarga pra-sejahtera.
 
Dalam rangka memperingati Hari Autisme sedunia, Raysha berkolaborasi dengan Panasonic dalam menampilkan karya lukisan Raysha dalam produk elektronik Panasonic diantaranya blender, hair dryer, air purifier, rice cooker, dan oven.  Hasil karya lukisan Raysha di produk elektronik dijual di Sunrise Art Gallery Fairmont Jakarta mulai tanggal 23 April 2024 hingga 31 Mei 2024.

Hasilnya akan disumbangkan oleh Raysha dan Panasonic Gobel kepada Rumah Autis dan YCHI Autism Center.  Kolaborasi dengan panasonic merupakan kali kedua, setelah Desember 2023 lalu Raysha bersama delapan seniman maestro lainnya berhasil memamerkan dan menjual hasil karya lukisan produk Panasonic di Ashta.
 
“Terima kasih untuk Panasonic Gobel Indonesia atas kesempatan yang diberikan. Saya bersyukur dan bangga dengan perkembangan Raysha. Melukis merupakan salah satu terapi yang menjadi kegiatan rutin Raysha sejak tahun 2019," kata ibunda Raysha, Prita Kemal Gani.
 
Raysha menjadi lebih banyak belajar meningkatkan konsentrasi dan ketenangan karena di balik keterbatasannya, Raysha memiliki rasa tanggung jawab yang besar dengan ingin selalu mengerjakan lukisannya hingga selesai dengan indah.
 
Perkembangan signifikan ini tentu atas dukungan dari guru terapi, teman-teman dan perusahaan yang mendukung individu berkebutuhan khusus untuk berkarya.  Selain itu, Melalui kolaborasi Raysha X Panasonic, LSPR senantiasa berkomitmen menjadi perguruan tinggi yang inklusif.
 
Hal ini, kata Prita, bertujuan agar tidak ada satupun individu yang tertinggal, no one left behind. Semua anak berhak berkarya dan tugas kita adalah mendukung dan menggali potensinya.
 
"Sehingga nantinya, individu berkebutuhan khusus dapat menjadi mandiri dan berdaya. Panasonic dan Raysha, bersama-sama, membuktikan bahwa seni dan teknologi elektronik dapat berdampingan, membuka jendela baru bagi kita semua untuk melihat dunia dalam cahaya yang lebih berwarna dan inklusif,“ ujar Prita.
 
Pameran lukisan dengan kolaborasi dengan Panasonic ini diresmikan oleh Anita Chairul Tanjung (Ketua CT Arsa Foundation). Selain pameran lukisan melalui media elektronik Panasonic, pada kesempatan yang sama, Raysha bersama empat pelukis berkebutuhan khusus lainnya memamerkan karya lukis bernilai seni. Pameran ini bertajuk “Empowering Inclusivity, Powered by Hidden Talent”.
 
Pelukis tersebut adalah Raysha Dinar Kemal Gani (20), Dwi Putro Mulyono Jati (61), Kezia Kuryakin Sibuea (28), Shan Rafael (22), dan Owen Phillip Widjajakusuma (21). Beberapa lukisan Raysha dikemas pula dalam bentuk merchandise yang dapat dibeli bebas oleh publik melalui platform e-commerce, atau dengan mengunjungi Sunrise Art Gallery.
 
Melalui Raysha Foundation, hasil dari penjualan merchandise tersebut, disalurkan untuk membantu kebutuhan terapi anak-anak dengan autisme dari keluarga pra-sejahtera.
 
Baca juga: Ingin Jadi Seniman atau Terjun ke Industri Kreatif? Jurusan Seni Rupa Cocok Buat Kamu


 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan