Tim terdiri atas empat mahasiswa, yakni Alfinza Willys Alfarizi, Pujangga Reogavi, Afra Samantha, dan Satria Dwi Bagaskara. Keempatnya merupakan mahasiswa Kewirausahaan Angkatan 2020.
“Untuk tahun ini yang lolos hingga tahap final hanya ada 9 startup dari 5 negara. Puji syukur untuk tahun ini, kami berhasil menjadi satu-satunya delegasi Indonesia yang memulangkan medali,” tutur Afra dikutip dari laman itb.ac.id, Rabu, 6 April 2022.
Asian Students Venture Forum merupakan lomba tahunan yang diadakan Korea Economic Daily. Kompetisi business startup ini disemarakkan oleh berbagai negara di Asia, seperti Korea, China, Taiwan, Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina, dan lainnya.
Tim I-Newbee menawarkan konsep sarat teknologi. Namun juga mengutamakan perencanaan bisnis menarik dan menjanjikan dari segi finansial.
Tim menggodok Artificial Bee Hive atau sarang lebah buatan yang berfokus untuk membantu pengumpulan madu lebah Trigona menjadi lebih cepat dan membuat proses pemanenan madu lebih efisien. Produk berbasis teknologi itu diberi nama Slim Hive.
Produk ini ditujukan untuk peternak lebah Trigona, baik yang masih pemula atau sudah ahli. Sebab, produk ini dirancang dengan sistem yang mudah dan risiko minim.
“Slim Hive dilengkapi dengan IoT yaitu motion detector, temperatur, dan sensor berat untuk memantau sarang lebah secara real time melalui ponsel pintar petani lebah. Motion detector dari lebah bisa diterjemahkan menjadi sebuah informasi aktivitas lebah di dalam sarang,” kata Satria.
Sementara itu, sensor temperatur akan menambah keakuratan informasi dari motion detector dan sensor berat akan membantu petani lebah membuat estimasi atau perkiraan waktu sarang lebah tersebut bisa dipanen. Satria menuturkan pembuatan produk itu sudah sampai tahap prototipe fisik dan akan digunakan sebagai objek pengujian, eksperimen, dan pengembangan produk lebih lanjut.
Lebah Trigona, khususnya jenis Itama, menjadi pilihan utama karena dari segi ekonomis memiliki nilai jual lebih tinggi dibandingkan dengan lebah penyengat. Selain itu, madu dari lebah Trigona juga memiliki kandungan senyawa dan mineral lebih lengkap dibandingkan dengan madu dari lebah penyengat.
Hal ini juga menjawab alasan madu dari lebah Trigona memiliki harga pasar lebih mahal. Tim telah melakukan persiapan matang sejak November 2021 untuk tingkat nasional dan mulai fokus persiapan di tingkat internasional sejak Januari 2022.
“Kami dihadapkan dengan minimnya data dan jurnal yang mengupas permasalahan lebah Trigona. Selain studi literatur, kami juga melakukan survei lapangan dengan mengambil data Ikatan Lebah Madu Indonesia (ILMI) Jawa Barat,” cerita Afra.
Kemenangan besar ini tak luput dari bimbingan dan dukungan beberapa mentor dari SBM ITB dan dosen SITH, M Yusuf Abduh. Afra berharap mereka bisa mengembangkan produk ini menjadi lebih baik lagi dan dapat mengikuti perlombaan nasional maupun internasional lainnya di bidang startup dan inovasi.
“Pastinya, kami juga berharap produk yang kami buat nanti benar-benar bermanfaat dan menjadi solusi dari berbagai permasalahan petani lebah,” tutur Satria.
Sistem lomba mula-mula diadakan seleksi proposal dan video di kancah nasional. Setelah proses screening, hanya dua tim yang dipilih untuk mewakili setiap negara. Indonesia mengirimkan delegasi dari ITB dan UI.
Baca: ITB Luncurkan Aplikasi Covid Trak, Tracing Penyebaran Omicron Lebih Mudah
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News