Inovasi tersebut pun membuahkan hasil, mereka Tim Antasena sukses merebut medali perunggu atau bronze medal dalam ajang Malaysia Technology Expo (MTE) 2019, yang diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia selama tiga hari, hingga Sabtu, 23 Februari 2019 lalu.
Perlombaan bertaraf internasional ini diikuti Tim Antasena yang diwakili oleh tiga mahasiswa yang terdiri dari Raihan dan Cut Irma Fitri dari Departemen Teknik Material, serta Nadya Paramitha dari Departemen Teknik Perkapalan. Staf elektrik Tim Antasena, Raihan menjelaskan bahwa alat yang mereka buat tersebut bernama Single Screw Extruder Portable.
Baca: Menhub Ingin Kembangkan Kapal Bambu Karya ITS
Kata Raihan, penggunaan teknologi mesin cetak 3D sangat banyak digunakan dalam berbagai bidang. "Oleh karena itu, selain untuk mengatasi permasalahan sampah plastik, penggunaan teknologi ini juga diharapkan bisa memenuhi kebutuhan bahan baku mesin cetak 3D," ujar Raihan, dalam rilisnya yang diterima Medcom.id, Selasa, 26 Februari 2019.
Raihan menjelaskan, alat yang digerakkan dengan energi listrik itu bekerja dengan cara memadatkan dan menekan sampah plastik yang akan diolah. Kemudian kepadatan tersebut dipanaskan sampai dengan temperatur sekitar 200-300 derajat celcius.
"Selanjutnya mesin ini akan menghasilkan padatan yang bisa digunakan untuk bahan baku mesin cetak 3D,” kata Raihan.
Mahasiswa angkatan 2017 itu berharap, alat untuk mengolah sampah plastik itu, bisa bermanfaat. "Alat itu sudah kami rancang secara portable, sehingga mudah dibawa kemana-mana. Para pengguna bisa mengolah sampah secara praktis dan bermanfaat di mana saja," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News