Profesor Felycia Edi Soetaredjo dari Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya menerima Habibie Prize 2024 dalam bidang Ilmu Dasar atas kontribusinya dalam teknologi pengolahan limbah cair industri. Guru besar di bidang Teknik Kimia ini dikenal karena dedikasinya dalam penelitian dan pengembangan teknologi lingkungan, khususnya pengolahan limbah cair dan pemanfaatan biomassa.
Lahir di Surabaya pada 2 April 1977, Felycia menempuh pendidikan sejak taman kanak-kanak hingga sarjana di Program studi Teknik Kimia Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Cintanya pada ilmu pengetahuan membawanya meraih beasiswa untuk melanjutkan studi magister di The University of Queensland, Australia, dan kemudian meraih gelar doktor di National Taiwan University of Science and Technology.
Perjalanan kariernya sebagai akademisi dan peneliti pun terus berlanjut hingga kini menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknik di UKWMS. Dalam penelitiannya, Felycia menemukan metode baru untuk mengolah limbah cair beracun, yang memanfaatkan bahan-bahan seperti Fenton dan Subkritis agar limbah industri bisa diolah hingga aman bagi lingkungan.
“Kami punya satu penemuan atau hasil untuk program hilirisasi, yaitu mengolah cairan limbah yang mengandung senyawa organik beracun dan reaktif,” ujarnya.
Namun, ia juga mengakui adanya tantangan besar dalam pengembangan ini. “Tantangannya adalah reaktor yang dibutuhkan untuk memproses itu khusus. Jadi, kami sudah pernah merancang dan memang tantangan di investasi,” lanjutnya.
Penghargaan Habibie Prize ini menjadi pengakuan atas dedikasi Felycia dalam bidang lingkungan. Ia berharap penelitiannya bisa diterapkan secara luas di sektor industri guna menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan ramah bagi masyarakat luas.
Peneliti dan Perempuan
Dalam kesempatan yang sama, Felycia juga membagikan tantangannya sebagai peneliti perempuan. "Perempuan sebagai peneliti itu memiliki tantangan membagi balancing dengan keluarga," kata Felycia kepada Medcom.id.Dalam budaya timur, kata Felycia, perempuan atau ibuk masih memegang peran yang besar dalam urusan rumah tangga, Namun ia bersyukur memiliki suami dan keluarga yang memberikan dukungan terhadap kariernya sebagai akademisi sekaligus peneliti.
"Saya bersyukur suami dan keluarga memberikan support. Mengasuh anak dan sebagainya kita bisa sinergi gantian. Misal saat saya lagi banyak kerjaan, maka suami banyak berperan memberi perhatian ke anak-anak," tuturnya.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kembali menyelenggarakan Anugerah Talenta Unggul Habibie Prize 2024 dalam rangkaian acara Bincang Ekosistem Riset dan Inovasi Indonesia. Kegiatan pemberian penghargaan ini merupakan acara tahunan, yang tahun ini merupakan ke 25 kalinya sejak 1999.
Kegiatan ini bertujuan memberikan penghargaan kepada talenta unggul Indonesia yang telah berkontribusi signifikan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Habibie Prize menjadi salah satu program prioritas nasional BRIN dalam membangun ekosistem riset dan inovasi yang kondusif.
Tahun ini, penghargaan diberikan kepada lima pemenang yang berasal dari lima bidang ilmu, mencakup Ilmu Pengetahuan Dasar, Ilmu Rekayasa, Ilmu Kedokteran dan Bioteknologi, Ilmu Sosial, Ekonomi, Politik, dan Hukum, serta Ilmu Filsafat, Agama, dan Kebudayaan.
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko menyampaikan, melalui kerja sama antara BRIN dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), dipandang perlu memberikan penghargaan tertinggi secara berkelanjutan kepada talenta unggul perorangan maupun instansi yang berasal dari internal maupun eksternal BRIN yang hasil karyanya memiliki dampak besar di bidang riset dan inovasi.
"Habibie Prize memberikan penghargaan kepada talenta-talenta unggulan yang memiliki capaian excelent di bidangnya," kata Handoko di Jakarta, Senin, 11 November 2024.
Baca juga: Menerima Habibie Prize 2024, Anita Lie Perjuangkan Pendidikan Merata di Indonesia |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News