Sarwono Award adalah apresiasi atau penghargaan kepada peneliti atau akademisi yang bersifat pengabdian seumur hidup (lifetime achievement). Melani diberikan penghargaan atas jasanya memajukan pengetahuan dan teknologi.
Bidang yang ia geluti adalah ilmu budaya terutama terkait sastra. Keterikannya pada sastra dan budaya bermula saat masih kuliah S1 di UI pada tahun 1979. Sejak saat itu ia sudah mulai meneliti keberadaan sastra dalam perkembangan budaya di Indonesia.
"Dalam sastra itu tersimpan budaya-budaya kita yang begitu kaya. Bahasa misalnya bukan cuma untuk komunikasi, tapi pesan sejarah, pesan budaya yang menghidupkan masyarakat itu, bagaimana caranya agar budaya terus maju dan memajukan masyarakat," kata Melani di kantor BRIN, Rabu 23 Agustus 2023.
Ia pun membandingkan sastra sebagai budaya di luar negeri dengan Indonesia untuk mendalami keilmuannya. Ia menjalani studi S2 di American Studies, University of Southern California dan S3 English Literature di Cornell University.
Ia menceritakan, perjalanan keilmuannya adalah perjalanan yang naik turun. Bermula dari sastra, kajian budaya, proses pembungan budaya bersama komunitas di kampung dan desa, pengalamannya saat masih menjadi mahasiswa Universitas Indonesia (UI) membagikan buku pada anak-anak di sekitaran Tanah Abang, Jakarta Pusat.
"Pengalaman tersebut bahwa teori dan metode yang dipelajari dari buku dan bangku kuliah tidak sama ketika ditemukan adanya krisis kesenjangan di lapangan. Itu krisis yang membuat saya gelisah," ujar wanita kelahiran Malang, 1954 itu.
Kemudian krisis selanjutnya pada 1998 bersamaan dengan kekerasa multigender dan ras yang menyadarkan, bahwa membangun pengetahuan tidak lengkap jika tidak diikuti dengan aktivisme intervensi masyarakat. Momen krisis juga dialami pada 2017 saat adanya konservatifisme dan keterberlahan politik identitas pada masa itu berkolaborasi dengan berbagai aktivisme masyarakat mencari solusi untuk mengatasinya.
Kini di Indonesia ia bekerja sama dengan berbagai komunitas dan organisasi masyarakat. Tujuannya untuk menggali dan menghidupkan budaya masyarakat melalui manuskrip-manuskrip sastra yang ada.
"Wilayahnya tersebar di seluruh Indonesia, Tarakan, Maluku, Papua kita kerja sama untuk mengangkat budaya kita ini melalui sastra yang ada. Kita membangun kesadaran, kalau kita bisa maju lewat budaya. Sama halnya Korea yang maju menguasai lewat budaya, kita yang kaya budaya harusnya bisa seperti Korea bahkan lebih," jelasnya.
Sebagai bidang kajian, ilmu sastra mengasah daya nalar kritis untuk menggali yang tersirat, membongkar retorika, dan siasat narasi untuk mengarahkan emosi, mengungkap konstruksi ideologis. Dalam penerapannya di masyarakat beragam tradisi berututur seperti tradisi lisan, manuskrip, hingga theater rakyat menjadi sarana untuk membangun kebersamaan masyarakat.
"Secara menyeluruh partisipasi masyarakat dalam bersastra menunjukkan dinamika proses menjadi atau proses becoming yang tidak pernah berhenti dari masyarakatnya," sebut dia.
Ia berharap ke depan akan banyak lagi sastra dalam kebudayaan yang dapat digali. Agar sastra yang merupakan budaya dapat terus dipertahankan sebagai kekayaan negeri.
Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko menyebut Sarwono Award salah satu program talenta dan inovasi yang dilaksanakan bersama Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Penghargaan ini menjadi upaya pihaknya untuk menciptakan suatu sistem dari pembentukan SDM dan talenta unggul di bidang riset Indonesia.
Ia berharap generasi muda dapat terinspirasi untuk mendalami bidang sastra. Terutama demi pemajuan budaya di Indonesia.
"Para penerima Sarwono Award akan menjadi panutan bagi generasi muda untuk masuk ke bidang sastra dan arkeologi kelautan yang sebanarnya menjadi modal utama bagi kemajuan Indonesia," ujar Handoko.
Baca juga: Melani Budianta Raih Sarwono Award, Kontribusi Menggali Sastra dan Budaya |
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id