Ilustrasi alam semesta.
Ilustrasi alam semesta.

Apakah Multiverse Benar-benar Ada? Ini Penjelasannya!

Medcom • 21 Februari 2022 18:39
Jakarta: Bagaimana jadinya jika manusia memiliki versi lain yang berasal dari semesta berbeda? Meski terdengar tak masuk akal, faktanya dugaan mengenai hal ini sudah banyak dikemukakan oleh ilmuwan.
 
Teori itu disebut sebagai multiverse, di mana terdapat ‘alam semesta paralel’ yang seolah-olah berjalan berdampingan dengan semesta tempat manusia hidup. Dikutip dari laman Zenius, teori ini pertama kali dicetuskan oleh fisikawan asal Amerika, Hugh Everett III pada 1954.
 
Alumnus Princeton University itu menduga efek kuantum bisa menyebabkan alam semesta terus-menerus terbelah, sampai akhirnya membentuk alam semesta lain. Dalam tesisnya, Hugh menyatakan jumlah multiverse tak terhitung dan dipenuhi ‘salinan’ dari tiap manusia.

Dengan kata lain, multiverse merupakan suatu konsep yang menunjukkan kemungkinan adanya alam semesta dan kehidupan di luar semesta yang ditempati manusia. Konsep ini terus dikembangkan hingga tercetuslah Inflation Theory atau teori Inflasi pada 1980-an.
 
Teori yang dikemukakan oleh Alan Guth, Andrei Linde, Paul Steinhardt, dan Andy Albrecht itu menggambarkan peristiwa hipotesis saat alam semesta pertama kali terbentuk. Menurut mereka, alam semesta mengalami ekspansi dan berkembang dengan sangat cepat dalam waktu singkat.
 
Ahli teori multiverse di Arizona State University, Heling Deng, menyatakan inflasi tidak berakhir bersamaan. Meskipun inflasi alam semesta telah berakhir sekitar 14 miliar tahun yang lalu, bisa saja inflasi itu masih terus berlanjut di daerah lain hingga saat ini.
 
Pernyataan Heling lantas memunculkan kemungkinan lain, yaitu skenario inflasi abadi. Dalam hal ini, setiap alam semesta akan muncul dengan hukum fisika, kumpulan partikel, pengaturan gaya, dan nilai konstanta fundamentalnya sendiri.
 
Sementara itu, seorang astro fisikawan asal Amerika, Neil deGrasse Tyson, menyatakan terdapat alasan teoritis dan filosofis yang memperkuat gagasan mengenai multiverse. Kehadiran multiverse ini secara teoritis berhubungan dengan fisika kuantum, yaitu ilmu yang mempelajari hubungan materi dan energi pada level partikel. Neil mengeklaim segala sesuatu yang diprediksi prinsip fisika kuantum memiliki kemungkinan validitas yang tinggi.
 
Selain itu, eksistensi multiverse juga berkaitan dengan teori Relativitas yang dikemukakan Albert Einstein tentang gravitasi dan struktur alam semesta. Bila teori ini digabungkan dengan prinsip fisika kuantum, maka multiverse diprediksi berawal dari terciptanya banyak gelembung.
 
Gelembung tersebut biasa disebut sebagai fluktuasi dalam busa kuantum, di mana fisika kuantum berfluktuasi sepanjang waktu. Namun, fluktuasinya sekarang tak hanya berupa partikel yang keluar dan masuk dari eksistensi kehidupan, melainkan juga alam semesta.
 
Adapun secara filosofis, diyakini alam semesta tak cuma menghasilkan satu hal dari proses terjadinya sesuatu. Sebagai contoh, akibat satu ledakan big bang, galaksi bima sakti memiliki tujuh planet.
 
Tak menutup kemungkinan ledakan tersebut tidak hanya menghasilkan galaksi bima sakti. Tetapi juga miliaran galaksi lain di alam semesta.
 
Itulah sederet asumsi mengenai multiverse yang dilandaskan teori dan filosofi. Sayangnya, belum ada bukti konkret yang membuktikan multiverse benar-benar ada. Kalau menurut Sobat Medcom, apakah multiverse benar-benar ada atau hanya asumsi belaka? (Nurisma Rahmatika)
 
Baca: Tim ITB Kaji Penelitian Misteri Lubang Hitam di Alam Semesta
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan