Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta, Saiful Umam terima penghargaan. Foto: Dok. UIN Jakarta
Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta, Saiful Umam terima penghargaan. Foto: Dok. UIN Jakarta

Dekan UIN Jakarta Raih Penghargaan dari Pemerintah Jepang

Citra Larasati • 16 Juni 2022 17:37
Jakarta:  Pemerintah Jepang menganugerahkan Penghargaan Duta Besar Jepang Periode 2021 (Reiwa 3) kepada Dosen sekaligus Dekan Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Jakarta, Saiful Umam. Saiful dinilai berperan penting dalam memperkuat hubungan Jepang-Indonesia, sekaligus berkontribusi besar bagi penguatan nilai-nilai toleransi di kalangan masyarakat Muslim Indonesia.
 
Penghargaan disampaikan langsung Duta Besar Jepang untuk Indonesia YM Kanasugi Kenji di Rumah Dinas Duta Besar Jepang di Indonesia, Rabu, 15 Juni 2022.  Selain dihadiri para pejabat Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia, penyampaian penghargaan dihadiri para kolega Saiful dari UIN Jakarta seperti Guru Besar dan Rektor UIN Jakarta periode 1998-2006 Prof. Dr. Azyumardi Azra, Dewan Penasihat PPIM UIN Jarta Prof. Dr. Jamhari, Direktur Eksekutif PPIM UIN Jakarta Prof. Dr. Ismatu Ropi, Direktur Riset PPIM UIN Jakarta Dr. Didin Syafruddin, dan lainnya.
 
Dalam sambutannya, Kanasugi mengungkapkan, anugerah penghargaan diberikan atas kiprah Saiful yang dinilai mampu memperkuat hubungan antara Jepang dan Indonesia. Selain itu, anugerah diberikan atas peranan Saiful dalam memperkuat toleransi di kalangan masyarakat Muslim Indonesia.

Kontribusi demikian dilakukan Saiful terutama saat memimpin Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta melalui sejumlah program penguatan hubungan kedua negara dan proyek penguatan toleransi. Di antaranya, program kunjungan lebih dari 160 orang pengasuh dan guru-guru pesantren dan madrasah ke Jepang, program pertukaran mahasiswa dan pemuda, dan sejumlah riset penting yang menjadi dasar penguatan toleransi sekaligus menangkal kekerasan dan ekstremisme.
 
Program-program ini dinilai sangat penting karena memungkinkan terciptanya sikap saling terbuka dan belajar antara masyarakat Indonesia dan Jepang sendiri. Para pengasuh dan guru-guru pesantren misalnya bisa mempelajari sisi positif kualitas pendidikan dan kedisiplinan untuk diterapkan di lembaga pendidikan mereka.
 
Begitu juga masyarakat Jepang bisa lebih mengenal tentang budaya dan masyarakat Indonesia. “Kami sangat mengapreasiasi atas kontribusi yang diberikan Pak Saiful Umam yang telah bekerja keras memperkuat hubungan antara Jepang dan Indonesia, masyarakat Muslim Indonesia dan masyarakat Jepang,” katanya.
 
Lebih jauh, Kanasugi menilai, kontribusi seperti yang dilakukan Saiful berperan penting dalam memperkuat kemitraan strategis antara Jepang dan Indonesia di masa mendatang. Sebagai negara dengan masyarakat Muslim terbanyak di dunia, Jepang berharap kerja sama ke depan bisa dilakukan dengan lebih erat bagi terciptanya kesejahteraan masyarakat, stabilitas sosial, dan penguatan demokrasi.
 
Menanggapi atas anugerah yang didapatnya, Saiful menyampaikan apresiasi dan terimakasihnya kepada Pemerintah dan Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia. “Terima kasih dan apresiasi kami sampaikan atas anugerah Penghargaan Kedutaan Besar Jepang ini. Semoga ini terus memperkuat komitmen kami untuk turut memperkuat hubungan antar kedua negara maupun penumbuhan budaya toleransi,” katanya.
 
Saiful menambahkan, penghargaan yang diterima idealnya merupakan penghargaan bagi UIN Jakarta, PPIM, maupun para kolega yang terlibat selama ia menjadi Direktur Eksekutif PPIM. Sebab melalui dukungan banyak pihak, program kerja sama berupa pengiriman para pengasuh dan guru-guru pesantren dan madrasah ke Jepang, program pertukaran mahasiswa dan pemuda, serta riset-riset dalam menangkal kecenderungan ekstremisme bisa dilakukan.
 
Diketahui, sebelum diangkat menjadi Dekan FAH, Saiful merupakan Direktur Eksekutif PPIM UIN Jakarta.  Sejumlah program strategis dilakukan di masa kepemimpinannya seperti program kunjungan pengasuh dan guru pesantren atau madrasah ke Jepang, program pertukaran pemuda dan pelajar ke Jepang, maupun program riset Convey.
 
Program pertama berhasil mengirim lebih dari 160 pengasuh dan guru-guru pesantren untuk belajar pengelolaan lembaga pendidikan. Program kedua direalisasikan dengan pengiriman lebih dari 200 santri-pelajar untuk belajar tentang masyarakat dan kebudayaan Jepang.
 
Sedangkan pada program Riset Convey, berbagai riset tentang kehidupan keagamaan berhasil direalisasikan.  
 
Baca juga:  Jelang Tes UM-PTKIN, UIN Jakarta Gelar Uji Coba Daring
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan