Tora Sandhi Kamulian, mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS). Foto: Medcom/Citra Larasati
Tora Sandhi Kamulian, mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS). Foto: Medcom/Citra Larasati

Berawal dari Tugas Kuliah Mahasiswa PENS, Game 'The Journey of Qeva' Mejeng di JIEXPO

Citra Larasati • 22 Agustus 2024 21:19
Jakarta:  Sebuah game besutan tim mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) bernama The Journey of Qeva turut mejeng di salah satu booth pameran Gamecomm and Animation Expo yang digelar di JIEXPO Jakarta pekan lalu.  Pameran tersebut difasilitasi Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Mitras DUDI), Ditjen Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
 
Game ini berawal dari tugas kuliah semester 1-4 pada mata kuliah Workshop Produksi Game di jurusan Teknologi Game, PENS.  Dalam tugas tersebut, diharuskan membuat game edukasi. 
 
Pada awalnya, Tora Sandhi Kamulian dan tim sempat berencana membuat game Aksara Jawa. Beberapa langkah pun telah disiapkan Tora, mulai dari mengumpulkan aksara hingga menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia.  

Namun rencana membuat permainan Aksara Jawa pun akhirnya batal dituntaskan dan beralih ke rencana membuat game berkonsep IKN yang kini tengah banyak menjadi perbincangan seluruh masyarakat negeri.
 
"Akhirnya kita cari nama anak berbau Kalimantan untuk menjadi model dalam game-nya, ditemukanlah nama Qeva. Tapi akhirnya nama Qeva saja yang diambil, sedangkan game berkonsep IKN-nya tidak jadi dilanjutkan karena ada beberapa kendala dalam bagian desainer games. Karena aku kan lebih ke programmer, jadi fokus ke persoalan teknisnya," kata Tora.
 
Game The Journey of Qeva ini menceritakan tentang karakter benama Qeva yang terdampar di hutan dan mengumpulkan memori fragmentGame The Journey of Qeva ini dikembangkan selama kurang lebih 2,5 bulan sebelum akhirnya dibawa untuk dipamerkan di Gamecomm and Animation Expo.
 
"Pengembangannya itu dari nol sampai sekarang dapat dipamerkan di sini itu kira-kira 2,5 bulan kalau tanpa revisinya ya," kata Tora.
 
Kendala yang dihadapi Tora dalam membuat game ini adalah background skill Tora yang belum terbiasa memegang unreal engine. "Mungkin kendalanya itu gara-gara ini pertama kali aku megang unreal engine. Itu engine untuk develop game. Aku kan awalnya cuma bisa Unity (game engine), tapi timku inginnya unreal, ya sudah aku belajar. Itu sih yang bikin development-nya banyak revisi sama banyak ngulangnya," beber mahasiswa semester 3 ini.
 
Dalam mengembangkan game ini, Tora bergabung dalam satu tim bersama tiga orang teman lainnya. "Ada bagian designer, arti, UI UX, programmer," sebut kelahiran 11 Januari 2005 ini.
 
Pasca pameran, Tora mengatakan pengembangan game The Journey of Qeva ini akan dilanjutkan bersama tim untuk di-publish tahun depan.
 
Tora menceritakan, kesukaannya pada game ternyata bukan karena ia hobi bermain game. Tapi karena Tora suka akan bidang programming.  "Mungkin karena aku memang dari dulu udah penasaran aja sih soal programming. Dan aku lihat, oh ini ada teknologi game. Dan ini aku bisa nge-develop sesuatu yang aku bener-bener suka," ujarnya.

Potensi Pengembangan Game di Indonesia

Sebagai programmer muda, ia mengatakan di Indonesia banyak cerita-cerita rakyat maupun dongeng yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai games.  "Itu aku jarang banget lihat dibuat jadi sebuah game, atau dimasukkan ke dalam cerita game yang menarik," terangnya.
 
Tora menceritakan suka dan duka menggeluti bidang programming. "Ups and downs-nya, sisi ups-nya itu banyak dapet koneksi, orang-orangnya itu satu tujuan, jadi gampang dapet tim gitu. Oh aku di tim ini pengen bikin tim, aku butuh 3D artis, aku butuh programmer, itu bisa milih. Bisa tanya satu-satu, mau itu kakak tingkat, adik tingkat, atau teman-teman angkatan," kata Tora.
 
Namun meski begitu, ia juga menemukan tantangan saat kuliah, yakni kesibukan di saat kuliah yang sering menyita waktu.  "Lumayan lama. Apalagi kemarin di semester 2 itu udah lumayan kerasa. Itu sampai pulang malam.  Terus pulangnya itu bikin ini lagi lanjut, begadang terus. Kadang developnya sampai sakit-sakitan.  Tapi itu gara-gara diri sendiri sih, karena terlalu antusias ya," ujar alumnus SMA Negeri 1 Mataram, Nusa Tenggara Barat ini.
 
Untuk itu, ia menyarankan agar para siswa SMA yang akan menekuni bidang teknologi game agar memperhatikan sejumlah hal.  "Kalau mau masuk, saranku sih untuk belajar tools dulu aja. Kayak cari role yang di-enjoy aja dulu," tutur anak kedua dari tiga bersaudara ini.
 
Baca juga:  Intip 20 PTN Vokasi dengan Rerata Nilai UTBK-SNBT 2024 Tertinggi
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan