Bayu Muhammad Ridho, siswa kelas 11 di SMAN 1 Samigaluh, Kulon Progo, Yogyakarta.  Foto: Puslapdik
Bayu Muhammad Ridho, siswa kelas 11 di SMAN 1 Samigaluh, Kulon Progo, Yogyakarta. Foto: Puslapdik

6 Kali Dapat KIP, Begini Cerita Bayu dari SMAN 1 Samigaluh Yogyakarta

Citra Larasati • 17 November 2023 07:00
Jakarta:  Selalu masuk dalam peringkat 10 besar di kelas, membawa Bayu Muhammad Ridho tidak hanya sekali mendapatkan bantuan Program Indonesia Pintar (PIP).  Bukan juga hanya dua kali, melainkan hingga enam kali mendapat bantuan pendidikan dari pemerintah tersebut.
 
Siswa kelas 11 di SMAN 1 Samigaluh, Kulon Progo, Yogyakarta ini menceritakan, ia menjadi penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) sejak kelas 3 dan 4 di jenjang Sekolah Dasar (SD), dua kali di jenjang SMP, dan dua kali juga di SMA.  Bayu mengaku sebagai penerima Kartu Indonesia Pintar merasa bantuan yang diterimanya tersebut sangat membantu dan memotivasi dirinya untuk giat belajar tanpa perlu terlalu keras memikirkan biaya untuk beli baju, beli buku, dan lainnya.
 
Maklum saja, ayah Bayu, Kuswanto, sehari-hari bekerja sebagai buruh lepas dengan penghasilan rata-rata Rp500 ribu-Rp1 juta setiap bulannya.  Sedangkan ibunya, Ngaliah, merupakan ibu rumah tangga biasa.

Dengan kehidupan ekonominya yang di bawah rata-rata tersebut, keluarga Bayu tercatat di Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dan menjadi peserta Program Keluarga Harapan (PKH) serta memperoleh Kartu Keluarga Sejahtera (KKS).  Beruntung, sejak di bangku SMP, bayu tinggal di Pondok Pesantren Al Falah yang lokasinya tidak jauh dari sekolahnya sehingga tidak membutuhkan transportasi untuk pulang dan pergi sekolah.
 
“Uang bantuan PIP sebagian saya gunakan untuk membayar biaya di pondok Rp36 ribu sebulan, termasuk untuk makan sehari-hari,“ ujar sulung dari dua bersaudara ini dilansir dari laman Puslapdik, di Jakarta, Kamis, 17 November 2023.

Apa Itu PIP dan KIP?

Program Indonesia Pintar melalui KIP adalah pemberian bantuan tunai pendidikan kepada anak usia sekolah yang berasal dari keluarga kurang mampu, yang merupakan bagian dari penyempurnaan Program Bantuan Siswa Miskin (BSM). 
 
Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat kurang mampu serta mendorong keberlanjutan pendidikan anak dari keluarga kurang mampu, pemerintah memperluas cakupan pemberian bantuan tunai pendidikan melalui Program Indonesia Pintar. Dengan cakupan yang lebih luas, Pemerintah berusaha menjangkau anak putus sekolah dari keluarga kurang mampu agar mau kembali melanjutkan pendidikannya.
 
Program bantuan pendidikan melalui Program Indonesia Pintar ini ditandai dengan pemberian Kartu Indonesia Pintar (KIP) kepada siswa/anak usia sekolah yang berasal dari keluarga kurang mampu. Kartu Indonesia Pintar (KIP) diberikan sebagai penanda/identitas untuk menjamin dan memastikan seluruh anak usia sekolah dari keluarga kurang mampu terdaftar sebagai penerima bantuan ini baik melalui jalur pendidikan formal (mulai SD/MI hingga anak lulus SMA/SMK/MA) maupun melalui jalur pendidikan informal dan non formal.
 
Ditanya soal cita-citanya, dengan sedikit malu-malu, Bayu mengatakan ingin jadi pengusaha. Namun Ketika ditanya keinginannya untuk kuliah, Bayu menjawab dengan lugu, ingin tuntas dulu belajar di pondok pesantren.
 
“Ada sedikit keinginan untuk kuliah,tapi ingin tuntas mengaji dulu di pondok," ujarnya.
 
Diakui Bayu, pihak sekolahnya beberapa kali memperkenalkan Bayu pada KIP Kuliah untuk membiayai pendidikan sampai lulus di perguruan tinggi. “Kalau suatu saat nanti bisa kuliah, mungkin saya pilih bidang ekonomi, mungkin di UGM,“ katanya.
 
Kuswanto, ayah Bayu memanjatkan rasa syukurnya pemerintah memberikan bantuan PIP kepada anak-anaknya untuk membantu meringankan biaya sekolah. “Ya, saya sebagai orang tua belum bisa memberi apa-apa untuk sekolah anak-anak, karena itu dengan memperoleh PIP, saya mendorong Bayu dan adiknya untuk semangat sekolah dan juga mengajinya,“ katanya.
 
Kuswanto berharap Bayu bisa melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi. “Kalau pemerintah bisa menyediakan bantuan bagi anak saya untuk kuliah, tentunya saya sangat bersyukur sebab itu membantu sekali,“ lanjutnya.
 
Sementara Kepala Sekolah SMAN 1 Samigaluh, Sugeng menambahkan, dari 120 orang siswa di sekolahnya, ada sebanyak 71 orang yang memperoleh PIP.  Namun,diakuinya, masih banyak siswa yang sebenarnya layak memperoleh PIP, namun karena tidak terdata di DTKS, akhirnya tidak bisa mendapatkan PIP.
 
“Saya sering mengajak orang tua yang sebenarnya layak dapat PIP namun tidak memperolehnya, untuk segera mengajukan data-data keluarganya ke pihak desa agar terdata di DTKS, bahkan kami siap mendampingi,“ ujarnya.
 
Sugeng juga mengakui adanya kendala bagi siswa saat melakukan aktivasi rekening. Kendalanya adalah bank penyalur, yakni BNI adanya di Sentolo yang butuh waktu perjalanan sekitar 1 jam pakai motor.
 
“Anak-anak di sini umumnya tidak punya motor sehingga akan kesulitan ketika akan aktivasi rekening,“ ujarnya.
 
Sugeng juga mengatakan, setiap saat kepada para siswa, pihaknya selalu memperkenalkan Program KIP Kuliah. “Pada anak-anak, saya selalu mengatakan, jangan khawatir, meskipun tidak mampu, negara akan membiayainya,” ujarnya.
 
Meski begitu Sugeng mengakui, lingkungan masyarakat di Samigaluh kurang begitu mendukung anak-anaknya untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi.
 
Baca juga:  Berkat Silat dan KIP Kuliah, Muluskan Jalan Putri Buruh Bangunan Ini Kuliah di Unud

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan