Tak hanya itu, Nabil juga memiliki prestasi akademis maupun nonakademis. Mulai dari juara pertama Pemilihan Mahasiswa Berprestasi tingkat FMIPA Universitas Jember, Juara pertama Lomba Esai Tingkat Nasional (LETN) tingkat nasional di UIN Walisongo Semarang dan lainnya.
Di bidang nonakademis Nabil pernah menjadi peserta mobility program di Universiti Tun Hussein Onn Malaysia, mengikuti International Summer Course di Feng Chia University, Taiwan, hingga terpilih sebagai 7 start-up terbaik se Jawa Timur-Bali versi New Energy Nexus Indonesia. Satu lagi, Nabil yang mondok di Pondok Pesantren Al Jauhar Jember ini adalah juga hafidz Al Qur’an.
Menurut Nabil, mencari ilmu agama dan ilmu dunia bisa seiring sejalan bahkan keduanya saling melengkapi. Prinsip ini tak lepas dari didikan orang tuanya, pasangan Taufikurrahim dan almarhumah Wasilah yang menekankan anak-anaknya untuk disiplin menuntut ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu umum.
Orang tua Nabil memfasilitasi anak-anaknya dengan menyediakan buku-buku. Mulai dari ensiklopedia Al-Qur’an, shahih muslim, dan buku-buku lainnya. Ayah Nabil adalah guru di SMPN 2 Pengantenan Pamekasan.
“Abah selalu berpesan agar anak-anaknya menjadi santri yang intelek dan intelek yang santri. Tiap pagi sebelum berangkat sekolah, saya dan saudara-saudara saya diwajibkan untuk belajar kitab-kitab fikih seperti Safinatun Najah, Sullam Taufiq, dan Fathul Qarib dan lainnya,' tutur Nabil dilansir dari laman Unej, Sabtu, 18 Maret 2023.
Setelah pulang sekolah, di sore harinya Nabil juga selalu dibiasakan untuk belajar agama lagi di madrasah setempat. Kemudian malamnya usai salat Isya, Nabil kembali belajar kitab fiqih.
Setelah itu baru saya beralih belajar pelajaran sekolah. "Bahkan saya tidak boleh beraktivitas di luar rumah sebelum menyelesaikan setoran hafalan Al Qur’an kepada Abah,” tutur anak kedua dari empat bersaudara ini.
Sejak duduk di bangku SMP Nabil sudah tertarik dengan mata pelajaran Fisika. Sudah tak terbilang lomba Fisika atau bidang IPA yang diikutinya.
Mondok di Pesantren
Oleh karena itu begitu lulus dari SMAN 1 Pamekasan, Nabil menjatuhkan pilihan kuliah di Program Studi Fisika FMIPA Universitas Jember. Pilihan kuliah di Jember sesuai dengan pesan almarhumah Ibunya yang ingin Nabil dekat dengan kakaknya yang saat itu juga tengah kuliah di Universitas Jember.Apalagi keluarga besar Abahnya berasal dari Kecamatan Kalisat. Selama kuliah di Jember, Nabil memutuskan modok di Pesantren Al Jauhar.
Tempaan disiplin semenjak kecil membuat Nabil terbiasa membagi waktu. Kesibukan di kampus dan kegiatan di luar kuliah dijalaninya dengan enjoy, termasuk saat harus menuntut ilmu di Al Jauhar.
Menurut anak kedua dari empat bersaudara ini, tinggal di pondok pesantren memiliki banyak keunggulan. Pasalnya tinggal bersama banyak orang yang memiliki pola pikir dan kepentingan yang bermacam-macam.
Kondisi ini membuat Nabil harus adaptif dalam segala situasi dan kondisi. Menurutnya pondok pesantren adalah kehidupan bermasyarakat skala kecil, sehingga mau tidak mau membuatnya harus bisa memposisikan diri.
Resep Sukses di Kampus
Kemudian Nabil pun membagikan resep agar sukses di kampus, namun juga tetap berprestasi di kehidupan nyata. “Saya membagi kesibukan saya menjadi empat hal, penting mendesak, tidak penting mendesak, penting tidak mendesak, dan terahir tidak penting tidak mendesak. Dengan cara itu saya bisa menyelesaikan pekerjaan saya tanpa harus khawatir tugas bertumpuk," beber Nabil.Kemudian ia juga mencoba mengerjakan sesuatu seefisien mungkin. Jika pekerjaan tersebut adalah pekerjaan kampus maka saya selesaikan ketika saya berada di kampus, sehingga ketika pulang tidak membawa beban apa-apa.
Begitu pun dengan pekerjaan pondok atau hal lain di luar kampus, maka Nabil selesaikan sebelum ia pergi ke kampus. "Jadi ketika sampai di kampus saya tidak terbebani pekerjaan-pekerjaan di luar kampus,” ungkap Nabil.
Selepas wisuda, Nabil berencana melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pengalaman beraktivitas di perguruan tinggi di luar negeri membuka cakrawala pemikirannya, rencana ini pun sudah disetujui Abahnya.
Kini Nabil mulai mencari pendanaan beasiswa, tentu Fisika yang menjadi pilihannya. Nabil pun ingin berkiprah di dunia sosial terutama dalam pemberdayaan kaum dhuafa seperti yang dilakukannya melalui LAZISNU Pamekasan.
“Jangan pernah merasa cukup atas ilmu yang kita punya. Jika kita sudah menekuni ilmu pengetahuan umum, jangan lupa untuk mendalami ilmu agama juga agar hidup kita seimbang," terangnya.
Sebab menurut Nabil, nilai dari pengetahuan yang dimiliki bukan dari seberapa banyak rumus yang dihafal, seberapa banyak gelar yang kita punya, atau seberapa lama seseorang belajar. Melainkan seberapa besar manfaat yang mampu kita berikan melalui ilmu kita kepada sesama.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id.
Baca juga: IPK Nyaris Sempurna, Ini Profil Steven Wijaksana Wisudawan Terbaik ITS |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News