Bergelut di bidang riset hujan buatan, menggerakkan Yusef ini untuk menggali dampaknya bagi masyarakat. Ia mengungkapkan, masih sedikit penelitian yang mengkaji manfaat ekonomi dari teknologi yang telah diterapkan di Indonesia sejak tahun 1977 tersebut.
“Saya perlu keilmuan lebih lanjut dari perguruan tinggi untuk mengkaji hal ini,” ujarnya dalam siaran persnya, Minggu, 21 April 2024.
Meseki motivasi untuk melanjutkan S2 begitu kuat, namun bukan berarti tak pernah muncul keraguan di dalam diri Yusef. Namun, keraguan tersebut sirna berkat dukungan dari keluarga dan koleganya.
Salah satu dukungan datang dari Direktur Pengelolaan Laboratorium, Fasilitas Riset, dan Kawasan Sains Teknologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Sehingga ia pun mantap melanjutkan studi magister di Sekolah Interdisiplin Manajemen dan Teknologi (SIMT) ITS pada 2021.
Menduduki jabatan fungsional dalam BRIN, tak pelak membuat lelaki asal Jakarta ini sempat kewalahan membagi waktu antara kuliah dan bekerja. Yusef lantas memegang prinsip disiplin dalam mengerjakan segala penugasan dari dosen.
“Saya tidak suka menunda tugas dan sistem kebut semalam,” tegas lelaki berkacamata tersebut.
Tak hanya keteguhan dalam diri, bantuan dari rekan sesama mahasiswa turut menjadi kiat Yusef dalam menjalani perkuliahan. Ia mengaku kerap kali berdiskusi ketika menemui kesulitan dalam tugas maupun mata kuliah.
Menurutnya, hal tersebut membantu untuk menggali pemahaman yang mendalam. Ilmu yang ia peroleh selama dua tahun tersebut selanjutnya dituangkan ke dalam tesis yang berjudul Analisis Kontribusi Teknologi Modifikasi Cuaca Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Listrik dan Air Minum Kabupaten Purwakarta Jawa Barat.
“Ditemukan bahwa 93,12 persen air hasil hujan buatan berkontribusi pada PDRB Kabupaten Purwakarta,” papar Perekayasa Madya di Unit Pelaksana Teknis Hujan Buatan BRIN ini.
Penelitian tersebut menjadi bukti ketekunan Yusef dalam menempuh studinya. Lelaki kelahiran 1963 ini berujar bahwa risetnya dapat dikembangkan pada variabel lain dan dikaitkan dengan sektor ekonomi yang lain.
Lebih lanjut, ia berharap hasil penelitiannya dapat menjadi rujukan bagi mahasiswa maupun rekan unit kerja. Semangat serta kegigihan Yusef dalam menuntut ilmu membuktikan, belajar tidak mengenal batas waktu dan usia.
Selama pendidikan magisternya, Yusef menemukan dirinya masih mampu menyerap ilmu dengan baik dan kemampuan analisisnya meningkat. “Tidak ada istilah tidak bisa dan sulit, kuncinya adalah mau belajar dan memanfaatkan waktu sebaik mungkin,” pungkasnya.
Baca juga: Wisuda ITS, 355 Wisudawan Lulus Cum Laude
|
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News