Pameran Distrak #4 dan Kriya Kini #6. Foto: Medcom/Citra Larasati
Pameran Distrak #4 dan Kriya Kini #6. Foto: Medcom/Citra Larasati

Enggak Cuma Ngajar, Dosen FSRD IKJ Unjuk Gigi di 'Pameran Distrak' TIM

Citra Larasati • 27 September 2025 10:38
Jakarta: Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Kesenian Jakarta (IKJ) menggelar pameran bersama yang menampilkan karya dosen dan alumni dari dua program studinya. Pameran bertajuk Distrak #4 dari Prodi Seni Rupa Murni dan Kriya Kini #6 dari Prodi Kriya Seni ini berlangsung di Galeri Soedjojono, Taman Ismail Marzuki (TIM).
 
Adlien Fadlia, Dekan FSRD IKJ, menjelaskan pameran ini merupakan bentuk tanggungjawab dan pembuktian kompetensi para pengajar. "Peran dosen saat ini tidak hanya berkarya secara personal, tapi berkarya secara program studi juga sebagai pembuktian bahwa para pengajar atau dosen ini memiliki kompetensi. Jadi dibuktikan, dosen dan alumni, jadi kalau di seni rupa murni itu dosen, kemudian kalau di kriya seni campuran dosen dengan alumni," ujar Adlien, di Galeri Soedjojono, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jumat, 26 September 2025.
 
Pameran Distrak #4 mencoba membaca kondisi itu melalui gagasan tentang “distraksi.” Di sini, distraksi tidak hanya dipahami sebagai gangguan, melainkan sebagai peluang untuk membuka jalur lain, tempat di mana perhatian bisa berpindah, dan cara pandang baru dapat muncul.

Bagi seniman, distraksi bisa menjadi jeda: kesempatan untuk menyaring hiruk-pikuk dan menghadirkan ruang kontemplasi. Ia juga bisa menjadi pelarian yang justru produktif, karena mengarahkan kita pada imajinasi yang berbeda dari arus utama.
 
Enggak Cuma Ngajar, Dosen FSRD IKJ Unjuk Gigi  di Pameran Distrak TIM
Salah satu dosen di tengah karyanya. Foto: Medcom/Citra Larasati
 
Distraksi bahkan bisa melahirkan ruang alternatif, tempat gagasan yang tersembunyi menemukan bentuknya. Karya-karya dalam pameran ini dapat dibaca sebagai undangan untuk memasuki momen-momen distraksi.
 
Ia mungkin terasa ringan seperti hiburan, mungkin juga mengusik, atau justru menyingkap sesuatu yang selama ini terlewat. Dalam semua kemungkinan itu, distraksi menghadirkan peluang untuk menengok ulang realitas yang dijalani bersama.
 
Secara total, pameran ini menampilkan 34 karya. "Jadi kalau seni rupa murni ada 11, kemudian kalau seni kriya itu ada 23, jadi total 34," jelasnya.
 
Menurut Adlien, pameran seperti ini memiliki signifikansi khusus bagi civitas akademika, terutama mahasiswa. "Eksistensi sebuah prodi itu kan dilihat dari karya-karya yang dibuat oleh para dosennya. Jadi mahasiswa melihat, oh representasi karya dosen saya itu hadir di pameran di ruang publik. Jadi pembuktiannya itu adalah di kegiatan pameran ini," paparnya.
 
Lebih lanjut, Adlien menerangkan, variasi dalam pameran menjadi indikator kompetensi. "Karena kalau kita bikin pameran itu kan harus pertama tematik, kemudian secara material plan itu dia bisa bervariasi. Jadi ketika material plan itu bervariasi berarti ada teknik-teknik yang bervariasi juga. Nah disitulah kompetensi itu dihadirkan," ujarnya.
 
Enggak Cuma Ngajar, Dosen FSRD IKJ Unjuk Gigi  di Pameran Distrak TIM
Pengunjung pameran Distrak #4 dan Kriya Kini #6 sedang memoto karya dosen. Foto: Medcom/Citra Larasati
 
IKJ sebagai institusi pendidikan seni memiliki kewajiban untuk memfasilitasi kegiatan semacam ini. Adlien menguraikan sejarah panjang IKJ dan TIM yang merupakan satu ekosistem. "Waktu Ali Sadikin membuat Taman Ismail Marzuki dengan LPKJ, yang sekarang LPKJ itu berubah menjadi IKJ. Jadi laboratoriumnya itu ada di IKJ untuk mencetak generasi seniman dan budayawan showcase-nya di Taman Ismail Marzuki."
 
Gagasan pendiri tersebut, lanjutnya, adalah menciptakan regenerasi bagi para perupa. "Pak Ali Sadikin berpikir juga kalau kita punya art center nanti siapa ya yang meneruskan atau regenerasi dari perupa-perupa yang ada di art center ini. Makanya dibuatlah lembaga pendidikan, IKJ. Jadi makanya IKJ itu jadi satu ekosistem," tandas Adlien, seraya menyebutkan adanya Fakultas Film dan Televisi (FFTV) serta FSRD yang memungkinkan kolaborasi lintasdisiplin.
 
Mengenai frekuensi pameran, Adlien menyatakan, dosen diwajibkan untuk berpameran minimal setahun sekali. "Jadi setahun itu minimal satu kali. Minimal. Jadi ada sering juga, terutama seni rupa murni yang sangat rajin. Selain dengan prodinya, selain dengan komunitas, kemudian dengan galeri. Alumni juga bisa" terangnya.
 
Baca juga:  Kampus dengan Jurusan Seni dan Desain Terbaik di Indonesia, Cocok Buat si Paling Nyeni

Dosen dan alumni Prodi Seni Rupa Murni dinilainya memiliki akses yang baik ke dunia seni rupa luar kampus. "Di seni rupa itu, secara organik, mereka itu punga relasi yang bagus dengan kluster-kluster seni yang ada di luar IKJ. Jadi karena para alumni dari seni rupa IKJ juga kan mereka menjadi praktisi, menjadi seniman. Kemudian ada beberapa yang menjadi kurator. Nah itu akses itu yang terbuka," ujar Adlien.
 
Pameran kolaborasi ini diharapkan dapat memperkaya wawasan seni rupa di Jakarta dan menunjukkan dinamika kreativitas yang terus berlangsung di lingkungan IKJ.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan