Deta mengikuti Program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) yang digagas Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek). Dia mengungkapkan pertama kali mendengar Program IISMA dari Kaprodi terkait program pertukaran pelajar.
Segala berkas terkait pendaftaran dipersiapkan. Berkas-berkas itu, seperti surat rekomendasi dari Direktorat Kemahasiswaan, transkrip nilai, hingga sertifikat bahasa. Setelah menyerahkan segala berkas, tinggal menunggu pengumuman hasil seleksi berkas.
Deta menyebut pengumuman hasil seleksi berkas cukup lama. Dia senang akhirnya mendapat surel dari IISMA terkait tes wawancara.
Setelah melalui semua tahapan, Deta dinyatakan lulus dan berkesempatan belajar di University of Sussex, Brighton, Britania Raya. Deta menjadi mahasiswa Departemen Hubungan Internasional, program studi global.
Dia mengungkapkan tak ada masalah selama mengikuti pelajaran, meski dia berasal dari jurusan meteorologi. Deta menyebut hal-hal yang dipelajari sangat umum. Dia juga senang mendapat wawasan baru.
Deta menyebut belajar di negara asing serta bergaul dengan orang-orang dari berbagai negara menanamkan pengalaman berharga. Selama menjadi mahasiswa di Sussex, dia kerap mengikuti kegiatan kemahasiswaan. Misalnya, menjelajah hingga kegiatan lintas budaya.
Dia tinggal di asrama kampus. Hal itu membuat lebih ekonomis dan tinggal di asrama sangat nyaman.
Deta mengaku tak pernah mengalami isu rasial. Sebab, mahasiswa berasal dari mancanegara.
Namun, dia merasa terkendala dalam berkomunikasi karena aksen bahasa yang digunakan sangat berbeda dengan di Indonesia. Tak putus asa, dia langsung mengejar ketertinggalan melalui kegiatan-kegiatan yang memaksa untuk berkomunikasi serta membaca literasi agar kemampuan berbahasa semakin lancar.
Deta membagikan sedikit tips agar bisa lulus Program IISMA. Deta menyebut banyak mahasiswa ITB seharusnya bisa lulus, tetapi karena memilih universitas yang sangat populer akhirnya tidak lolos.
“Mereka yang enggak lolos bukan karena enggak pintar, tapi karena salah strategi milih kampus, kampus yang dia pilih mungkin pendaftarnya banyak tapi kuotanya sedikit,” jelas Deta.
Deta menyebut saat mendaftar dia menargetkan kampus yang peringkatnya lebih tinggi, tapi punya peluang untuk lulus. Dia juga sangat menyarankan agar memenuhi semua berkas yang diminta dengan baik.
“Untuk CV sebaiknya relate ke program yang mau diambil, terus skor bahasa harus sesuai dengan kriteria minimal, dan kalau punya sertifikat itu bisa jadi nilai plus,” kata mahasiswa yang berasal dari Tanah Karo, Sumatra Utara tersebut.
Dia juga sangat menekankan untuk jujur pada tahap wawancara. “Meskipun jujur, tapi tetap harus solutif,” kata dia.
Deta berpesan mahasiswa yang kelak mengikuti program ini bisa adaptif dan banyak bergaul. “Kalau ada masalah, jangan nge-down, tapi harus segera cari solusi,” pesan dia.
Sementara itu, untuk yang sedang mempersiapkan diri mengikuti kegiatan ini, agar terus berusaha, pantang menyerah, dan berdoa. “Tuhan itu bekerja buat orang-orang medioker, aku bukan orang yang jenius juga cerdas, tapi kalau kita bersungguh-sungguh pasti bisa,” kata Deta.
Baca: Perjalanan Mahasiswa ITB Ikut Program IISMA ke Spanyol, Dapat Pengalaman Berharga
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News