Oleh sebab itu, lulusan SMA Negeri Telukdalam, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara, ini berjuang keras demi merealisasikan tekadnya diterima di salah satu perguruan tinggi unggulan di Indonesia. Anak ketiga dari lima putra-putri pasangan petani cabai dan ubi jalar (di lahan orang) ini sejak kecil/SD/SMP/SMA bermimpi kuliah di Universitas Indonesia (UI).
Padahal, jika dilihat dari letak geografis tempatnya berada, Telukdalam, ibukota Kabupaten Nias Selatan, berjarak lebih kurang 1.290 km mencapai Jakarta, membutuhkan waktu lebih kurang dua jam menggunakan pesawat terbang, atau 61 jam berkendara mobil. Impian Alfiyanto itu mungkin hanya tinggal angan-angan, jika tanpa niat dan kerja keras.
Hal itu dapat dipahami, karena seperti dikatakan Alfiyanto, "Biasanya penghasilan rata-rata ayah saya hanya sekitar Rp500.000 per bulan, tergantung pada beberapa faktor dan kondisi, seperti harga jual ubi jalar dan cabai." Ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang juga pernah ikut membantu ayahnya di lahan pertanian.
Meski demikian, bagi Alfiyanto, tidak ada mimpi yang mustahil diwujudkan. Tahun ini, ia tercatat sebagai calon mahasiswa baru (camaba) UI di antara 65 camaba asal wilayah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T) yang lolos lewat jalur penerimaan Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP) 2024.
Usaha tidak mengkhianati hasil, benar-benar dialaminya karena berkat konsistensi belajar selama tiga tahun dan prestasi di SMA membuka jalan menuju kampus terbaik pilihannya. “Saya memenuhi kemampuan saya di bidang akademik dan non-akademik. Pada bidang akademik, saya menjadi tiga besar di kelas, ikut berlomba di ajang Olimpiade Sains Nasional tingkat Provinsi, dan berada di posisi kedua peringkat eligible. Hal-hal tersebut tentu turut memberi peluang bagi saya untuk lolos seleksi SNBP,” kata Alfiyanto.
Perjuangan yang dilakukan calon mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik (FT), ini sangat relevan dengan usahanya menjadi Insiyur Perkapalan. “Hal ini menjadi langkah pertama bagi saya untuk mewujudkan cita-cita,” kata Alfiyanto.
Ia menambahkan, dalam mewujudkan cita-citanya tersebut, nantinya ia perlu aktif dalam kegiatan di kampus guna meningkatkan skill. Selain itu, tentu harus belajar dengan optimistis untuk meraih prestasi terbaik.
Selain menjadi salah satu tempat dalam mewujudkan cita-citanya, kata Alfiyanto, UI memiliki lingkungan kampus yang ramah dan inklusif. Ia yakin bahwa belajar di lingkungan yang mendukung dan bersahabat akan menjadikan dirinya tumbuh dan berkembang sebagai individu yang berkualitas.
“Dengan mempertimbangkan semua faktor tersebut, saya yakin bahwa memilih UI adalah langkah yang tepat,” ujar Alfiyanto.
Ia juga berharap, ketika ia telah mendapatkan bekal ilmu selama berkuliah di UI nanti, akan membuka peluang mendapatkan pekerjaan yang bisa membangun ekonomi keluarga. Ia menceritakan, ayahnya merupakan petani budidaya tanaman ubi jalar dan cabai di atas lahan yang tidak terlalu luas. "Itu pun bukan milik pribadi," tutupnya.
Baca juga: Cerita Wayan, Anak Penjual Telur Keliling yang Lolos SNBP di UGM
|
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News