Aziz sapaan akrabnya, adalah dosen dan peneliti di Program Studi Teknik Sipil FTUI yang ahli di bidang rekayasa struktural, terutama dalam percobaan dan pemodelan mekanika rekahan suatu struktur dan material. Ia meraih gelar doktor dari INSA Toulouse, Prancis, dan tergabung dalam Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) Kementerian PUPR, yakni kumpulan para ahli jembatan dari berbagai unsur yang bertugas melakukan evaluasi keamanan jembatan dan terowongan agar memenuhi standar yang berlaku.
Keterlibatan Aziz dalam KIMI bermula dari terpilihnya sebagai salah seorang ilmuwan yang berhasil lolos dalam seleksi Science Leadership Collaborative (SLC), yaitu program pengembangan kapasitas kepemimpinan peneliti besutan The Conversation Indonesia. Prestasi ini membuat Aziz diperhitungkan sebagai salah satu ilmuwan potensial Indonesia.
Selanjutnya, ia diundang menghadiri kongres tersebut bersama 18 peserta SLC lainnya. Dalam kongres itu, para ilmuwan muda yang hadir mendiskusikan beberapa topik berdasarkan kluster risetnya masing-masing.
Aziz akan bergabung dengan ilmuwan-ilmuwan muda dari kluster Material dan Sains Komputasi. Penelitian yang telah dilakukannya adalah properti mekanis dan keruntuhan dari bahan alternatif, seperti agregat berbahan cangkang kelapa sawit, agregat daur ulang, dan by-product lain dari industri untuk bahan alternatif di bidang konstruksi.
Dalam kongres yang mengusung tema “Memperkuat Arsitektur Sains Masa Depan Oleh Ilmuwan Muda Indonesia” hadir pula ilmuwan-ilmuwan ternama Indonesia seperti Prof. Satryo Brodjonegoro, Prof. Sangkot Marzuki, dan Dr. Eng. Ilham Habibie. Akademi Ilmuwan Muda Indonesia selaku penyelenggara menyambut para ilmuwan muda dari berbagai bidang studi, institusi, dan daerah dalam kongres ini.
“Sebagai salah satu peserta SLC, pelatihan yang diorganisasikan oleh The Conversation Indonesia, saya mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi pada KIMI 3-4 Desember 2022,” ujar Aziz.
Sebagai keynote speaker yang memberikan pidato bertajuk “Manfaat Sains untuk Masyarakat”, Satryo mengajak para ilmuwan muda untuk membuka cakrawala masyarakat luas terhadap sains (literasi sains) dengan melihat dampak, manfaat, perkembangan dan perannya di kehidupan.
“Berangkat dari riset dasar hingga hilirisasi, perkembangan teknologi adalah salah satu bentuk manfaat sains yang saat ini berkembang secara eksponensial. Tentunya manfaat sains sangat terasa di era pandemi Covid-19. Terlihat formulasi kebijakan pemerintah memerlukan masukan dari sains,” ujar Satryo.
Dekan FTUI, Heri Hermansyah mengungkapkan kebanggaannya atas prestasi Aziz. Menurut Heri, ke depannya, bagaimana mencari solusi dan menjawab begitu banyak permasalahan bangsa tidak bisa dilakukan hanya oleh satu pihak. Melainkan diperlukan kolaborasi dari berbagai pihak.
"Mulai dari peneliti dan dosen di perguruan tinggi, sektor industri, pemerintah, NGO, dan masih banyak lagi. Semoga Aziz, melalui keterlibatannya di SLC mampu menjembatani inovasi yang ada di FTUI dan kebutuhan dunia industri dan masyarakat ke depannya," tutup Heri.
Baca juga: Pertama di Indonesia, Fasilkom UI Jenjang Magister dan Doktoral Raih Predikat Unggul |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News