Ilustrasi momen September. Dok. Freepik
Ilustrasi momen September. Dok. Freepik

Si Sempurna di Bulan September: Belajar dari Kecoa yang Gagal Jadi Pemimpin

M Rodhi Aulia • 12 September 2024 16:41
Jakarta: Di sebuah kantor kecil yang ramai, September selalu menjadi bulan yang penuh tekanan. Bulan ini adalah masa sibuk di mana semua target tahunan harus dikejar. Namun, di antara keruwetan itu, ada sebuah kisah yang membuat semua karyawan di kantor tertawa sekaligus berpikir.
 
Di pojok kantor, di balik lemari dokumen, tinggal seekor kecoa bernama Kokoh. Kokoh bukan kecoa biasa; dia adalah kecoa yang ambisius. Setiap hari dia melihat para karyawan bekerja keras, dan dia mulai berpikir, "Kenapa kecoa seperti aku tidak bisa menjadi pemimpin? Aku pasti bisa menjadi yang terbaik!"
 
Dengan semangat bulan September, Kokoh memutuskan untuk memimpin koloni kecoa di kantor itu. Ia pun mengumpulkan teman-temannya, sesama kecoa, dan menyampaikan pidato yang sangat berapi-api.

Baca juga: Lakukan Perencanaan Dini dan Terapkan Strategi Ini untuk Capai Target Kariermu
 
"Kawan-kawan! Kita harus berubah! Bulan September ini adalah waktu yang tepat bagi kita untuk menunjukkan kekuatan kita. Kita akan menjadi kecoa paling disiplin, paling rajin, dan paling cerdas! Kita akan membangun peradaban kecoa yang lebih baik!"
 
Mendengar pidato Kokoh, para kecoa lain pun terkesima. Mereka setuju untuk mengikuti Kokoh dan memulai perubahan besar-besaran. Setiap hari, mereka mulai berlatih merayap dengan disiplin, membentuk barisan yang rapi, dan bahkan berlatih bersembunyi di tempat-tempat yang lebih cerdik agar tidak mudah terlihat oleh manusia.
 
Namun, sayangnya, ambisi Kokoh justru menjadi bumerang. Ia begitu fokus pada kesempurnaan sehingga ia mulai menuntut hal-hal yang tidak masuk akal dari teman-temannya. "Kamu harus bisa merayap secepat kilat!" kata Kokoh pada kecoa yang gemuk. "Dan kamu, kamu harus bisa terbang lebih tinggi dari lampu!"
 
Teman-teman Kokoh mulai merasa lelah dan tertekan. Mereka bukan kecoa super, dan tuntutan Kokoh semakin hari semakin tak masuk akal. Sampai suatu hari, ketika sedang memimpin rapat di balik kulkas, Kokoh tertangkap basah oleh petugas kebersihan.
 
Kokoh mencoba kabur, tetapi karena terlalu fokus pada kesempurnaan, ia lupa satu hal penting: kecoa harus selalu siap beradaptasi dengan keadaan. Alih-alih bersembunyi, ia malah tergelincir dan jatuh tepat di depan petugas yang dengan sigap menjebaknya ke dalam toples.
 
Sementara itu, teman-temannya yang lain berhasil kabur dengan cara-cara sederhana yang sudah mereka kuasai sejak lama—merayap ke celah-celah sempit, terbang rendah, dan menghilang ke tempat yang gelap.
 
Kokoh akhirnya dibebaskan oleh petugas kebersihan yang tidak tega, tapi ia belajar pelajaran penting dari kejadian itu. "Kesempurnaan itu penting, tapi jangan sampai mengorbankan kebahagiaan dan kesehatan teman-temanmu," pikirnya sambil tersenyum kecut.
 
Sejak saat itu, Kokoh memutuskan untuk menjadi pemimpin yang lebih bijak. Ia tetap mengajak teman-temannya untuk bekerja keras, tetapi dengan cara yang lebih masuk akal dan penuh kebersamaan. Di bulan September itu, kantor kecil itu tidak hanya diisi oleh manusia yang sibuk mengejar target, tetapi juga oleh koloni kecoa yang lebih bahagia dan penuh kerjasama.
 
Dan setiap kali mereka melihat Kokoh, para karyawan tak bisa menahan senyum. Mereka ingat, bahkan kecoa pun bisa mengajari kita tentang pentingnya keseimbangan dalam bekerja—dan tentu saja, tentang pentingnya tidak terlalu keras pada diri sendiri dan orang lain, terutama di bulan September yang sibuk ini.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DHI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan