Kepala Program Studi (Prodi) Psikologi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sebelas Maret (UNS) Aditya Nanda Priyatama mengatakan, perhatian tentang kesejahteraan guru di masa pandemi bukan hanya sekadar finansial. Kesejahteraan juga terkait bagaimana mengembangkan kehidupan psikologis yang bagus.
"Memperkuat kedudukan sebagai pendidik, sehingga mampu mendidik dan menstimulasi anak-anak dengan baik," kata Aditya mengutip siaran pers UNS, Jumat, 9 Juli 2021.
Baca: Aktivasi Rekening BSU Guru non-PNS Diperpanjang Hingga 31 Juli 2021
Dosen Psikologi UNS Laelatus Syifa memaparkan beberapa hal yang menjadi tantangan dan memicu tekanan psikologis seorang guru di masa pandemi ini. Pertama, dengan sistem pembelajaran daring, maka tidak terjadi pertukaran energi antara guru dengan para peserta didiknya. Energi yang dirasakan saat pembelajaran daring tentu berbeda saat bertemu langsung dan tidak jarang kebosanan pun dirasakan.
"Kalau bertemu langsung, ada perasaan berbeda. Kadang-kadang kita stres karena tidak bisa bertemu anak-anak. Biasanya dengan melihat senyum mereka, ada kelegaan tersendiri," Ujar Latus, sapaannya.
Kedua, pembelajaran daring juga mengharuskan perubahan metode dan mungkin kurikulum yang lebih sesuai untuk daring di PAUD. Padahal, pembelajaran biasanya akan dilakukan dengan bermain bersama-sama, bernyanyi, dan sebagainya. Sistem belajar daring akhirnya menimbulkan kesulitan dan tantangan karena anak-anak berada di rumah serta belum terlalu memahami teknologi.
Ketiga, beberapa tanggung jawab harus dilakukan ‘sekaligus’ saat mengajar dari rumah. Seorang guru, profesinya tentu tidak hanya guru. Namun, juga sebagai anak, istri, atau ibu. Sudah barang tentu, kondisi ini menjadi sesuatu yang amat menantang.
Baca: 30.149 Orang Telah Mendaftar Program Guru Belajar dan Berbagi
Latus pun membagikan beberapa tips untuk menjaga kesehatan mental. Seperti tetap memenuhi kebutuhan fisik. Kesehatan mental sangat berhubungan dengan kesehatan fisik. Sebab, orang-orang yang tengah stres cenderung mengabaikan kesehatan, makan, dan rawat diri,
Kemudian, mengembangkan aktivitas bermakna, mengonsumsi informasi secukupnya, self awareness, strategi koping efektif (memilih strategi penyelesaian masalah yang tepat), dan membangun hubungan sosial.
"Ketika mental terjaga, tugas mendidik anak-anak akan tetap menyenangkan," tutur Latus.
Psikolog UNS lainnta Afia Fitriani menuturkan perlunya penyediaan materi belajar lengkap yang sifatnya 'hands on' oleh sekolah untuk digunakan siswa di rumah. Langkah ini dapat membantu beban orang tua mempersiapkan anak untuk belajar daring, sehingga fokus mendampingi. Dengan demikian, anak bisa lebih mudah mengikuti dan memahami.
"Aktivitas melalui daring pun lebih lancar dan terarah," kata Afia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News