Ilustrasi. Foto: MI/Gino Hadi
Ilustrasi. Foto: MI/Gino Hadi

Sekolah Negeri Kekurangan Guru Pendidikan Agama Kristen

Citra Larasati • 31 Agustus 2021 11:17
Jakarta:  Persoalan ketersediaan guru Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti (PAK) di sekolah negeri membutuhkan perhatian pemerintah.  Karena jumlah guru tersebut masih sangat minim.
 
"Hal ini butuh perhatian pemerintah, dan harus diperjuangkan bersama. Dalam mengimplementasikan nilai-nilai ajaran agama tidak terlepas dari keberadaan guru PAK di lembaga pendidikan," kata Dirjen Bimas Kristen, Thomas Pentury dalam keterangan tertulis, Selasa, 31 Agustus 2021.
 
Menurut Thomas, ketersediaan guru agama Kristen di sekolah masih sangat terbatas. "Ini membuat sejumlah sekolah menyerahkan penilaian pelajaran agama pada gereja atau institusi nonpendidikan," tambah Thomas Pentury.

Thomas Pentury menyampaikan bahwa kondisi guru PAK pada lembaga pendidikan Agama Kristen ini pada umumnya masih berstatus guru honorer. Hal ini dikarenakan minimnya pengangkatan guru pegawai negeri sipil atau ASN.
 
Namun demikian, lanjut Thomas, sampai saat ini proses pembelajaran agama Kristen masih berjalan baik dengan membuat sejumlah sekolah menyerahkan penilaian pelajaran agama pada gereja atau institusi nonpendidikan.
 
"Banyak cara ataupun strategi dilakukan Kemenag untuk penanaman nilai dalam implementasi nilai agama dalam kemajemukan Indonesia, sehingga PAK bisa dilaksanakan dengan baik," kata Thomas.
 
Menurut Thomas, menanamkan komitmen kebangsaan. Nilai-nilai ini ditanamkan kepada anak didik sehingga penerimaan terhadap prinsip-prinsip berbangsa yang tertuang dalam konstitusi dapat terpatri dalam diri masing-masing.
 
Selanjutnya, nilai-nilai toleransi. Pada nilai ini, peserta didik ditanamkan untuk dapat menghormati perbedaan dan memberi ruang orang lain untuk berkeyakinan, mengekspresikan keyakinannya, dan menyampaikan pendapat, serta menghargai kesetaraan dan sedia bekerja sama.
 
Baca juga:  5 Info Menarik Seputar Hari Pertama Belajar Tatap Muka di Jakarta
 
Selain itu, lanjut Thomas, adalah menanamkan jiwa antikekerasan. Peserta didik tertanamkan untuk menolak tindakan seseorang atau kelompok tertentu yang menggunakan cara-cara kekerasan, baik secara fisik maupun verbal dalam mengusung perubahan.
 
Nilai lainnya adalah, penerimaan terhadap tradisi, ramah dalam penerimaan tradisi dan budaya lokal dalam perilaku keagamaannya. "Kesemuanya ini terbangun melalui pendidikan khususnya PAK," jelas Thomas Pentury.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan