"Kalau kita tidak hati-hati dengan sistem rekrutmen yang berkembang, bukan tidak mungkin kita akan analog membeli kucing dalam karung, terutama dalam dimensi yang menuntut skill olahraga dan seni," kata Sumaryanto dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi X DPR, Senin, 24 Mei 2021.
Menurut dia, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan agar guru honorer yang lolos, benar-benar berkualitas. Pertimbangan atas tiga aspek penting seperti penalaran, psikomotrik dan afektif, harus seimbang porsinya.
"Maka sinergitas antara teori dan praktik itu kami usulkan untuk bisa dibantu bersama rekrutmen tenaga itu mempertimbangkan, tidak hanya aspek penalaran yang dominan, tapi juga psikomotorik dan afektifnya," lanjutnya.
Baca: Rektor UNP: Jangan Angkat Guru Honorer yang Lambat Loading
Ia mengatakan, perekrutan berdasarkan kemampuan kognitif, psikomotor dan afektif tersebut harus menjadi pedoman. Harapannya, guru hasil seleksi benar-benar proporsional.
"Dimulai dari rekognisi (pengakuan kualitas) tenaga pendidik, Insyaallah nanti pendidikan investasi peradaban bisa kita capai dengan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang unggul," ungkap dia.
Dia mengusulkan agar DPR dapat secara langsung melakukan sinergi dengan pemerintah dalam melakukan perekrutan guru PPPK. Khususnya, dalam meningkatkan kualitas pendidikan di wilayah terdepan, tertinggal, terluar (3T).
"Kami mengusulkan DPR bersinergi dengan pemerintah untuk fokus pengembangan 3T, tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
