Kepala Sekolah SMP Negeri 7 Makassar Muhammad Nasir (kedua dari kanan) dan Guru Penggerak. Medcom.id/Renatha Swasty
Kepala Sekolah SMP Negeri 7 Makassar Muhammad Nasir (kedua dari kanan) dan Guru Penggerak. Medcom.id/Renatha Swasty

Merdeka Belajar Kampus Merdeka

Nasmur si 'Lelaki Panggilan', Guru Penggerak yang Giat Merdekakan Murid

Renatha Swasty • 15 April 2023 13:31
Jakarta:  Mengajar IPA untuk murid kelas IX bukan satu-satunya tugas yang mesti dikerjakan Nasmur M T Kohar.  Tiap pekan, ada saja panggilan dari sekolah-sekolah yang meminta 'pencerahan' Nasmur soal Merdeka Belajar.
 
Maklum, guru di SMP Negeri 7 Makassar ini merupakan Guru Penggerak.  Sebagai Guru Penggerak, dia punya kewajiban menjadi Pengajar Praktik untuk membagikan ilmu baik, agar sekolah-sekolah dan guru lain ikut mengimplementasikan Merdeka Belajar.
 
"Saya ini dibilangnya laki-laki panggilan," kelakar Nasmur kepada Medcom.id, Sabtu, 15 April 2023.
 
Nasmur tak bergurau. Dia bahkan juga dipanggil oleh sekolah yang terletak di pulau paling luar Sulawesi Selatan, Pulau Langkai.
Tak peduli meski harus berjam-jam naik kapal dan dihantam ombak besar, Nasmur memenuhi panggilan itu dan berbagi praktik baik soal Merdeka Belajar.
 
Sebagai Guru Penggerak, ia menyadari peran wajibnya untuk menggerakkan organisasi belajar bagi guru di sekolah dan wilayahnya.  Tentu saja juga mengembangkan program kepemimpinan murid untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.
 
Nasmur si Lelaki Panggilan, Guru Penggerak yang Giat Merdekakan Murid
Guru Penggerak SMP Negeri 7 Makassar Nasmur M T Kohar dan microsite bikinannya. Medcom.id/Renatha Swasty
 
Apalagi, Guru Penggerak di kota Makassar masih sedikit, hanya 131 dari 513 Guru Penggerak yang ada di seluruh Sulawesi Selatan dan dari total di seluruh Indonesia yang jumlahnya mencapai 20 ribuan.
 
Jadilah, Nasmur bolak balik menerima panggilan berbagi ilmu Merdeka Belajar. Tak cuma di Kota Makassar tapi juga hingga ke luar kota.
 
Kengototan dan kegigihan Nasmur menularkan ilmu tersebut lantaran dia sudah merasakan sendiri kenikmatan mengajar dengan konsep Merdeka Belajar. Dia juga ingin guru-guru lain merasakan hal itu.
 
Terpenting, anak-anak senang dan berkembang. "Ilmu yang saya dapatkan bagaimana melihat murid, bagaimana berpihak pada murid. Kalau saya istilahkan omongan Bapak Ki Hadjar Dewantara menghamba pada murid, bagaimana menuntun kodrat yang dimiliki murid. Membelajarkan anak, berpihak pada anak, bagaimana sekolah menyenangkan anak," kata Nasmur.   

Kesuksesan Dipantau dan Diikuti


Nasmur tak sendirian menjadi Guru Penggerak di SMP Negeri 7 Makassar. Dia bersama guru Matematika, Syahriani Jarimollah, sejak awal menularkan semangat Merdeka Belajar pada rekan-rekan sejawat.
 
Keduanya mengaku tak mudah menerapkan sesuatu yang baru di sekolahnya. "Mereka (guru lain) mendukung, meski mendukung pasif. Tapi mereka tidak menolak," kata Nasmur.
 
Namun, Nasmur dan Ani tidak menyerah. Mereka terus mendorong guru-guru lain perihal implementasi Sekolah Penggerak yang menghadirkan pembelajaran sesuai kebutuhan murid lewat Kurikulum Merdeka.
 
Keduanya bahkan sampai harus mengajar di Kelas 7 dan 8 untuk mencontohkan implementasi Kurikulum Merdeka. "Saya seperti memaksa, tapi tidak terlihat memaksa," kata Ani sambil tertawa.
 
Nasmur si Lelaki Panggilan, Guru Penggerak yang Giat Merdekakan Murid
Guru Penggerak SMP Negeri 7 Makassar Syahriani Jarimollah. Medcom.id/Renatha Swasty
 
Nasmur dan Ani beruntung, sebab Kepala SMP Negeri 7 Makassar, Muhammad Nasir, sangat mendukung. Bahkan, Nasir meminta pembelajaran-pembelajaran yang dilakukan selalu difoto dan divideokan lalu dinarasikan.
 
Nasir lalu membagikan di postingan Facebook-nya. Dia memanfaatkan betul teknologi untuk membagikan hal baik ini pada teman-temannya sesama kepala sekolah atau guru.
 
"Dan akhirnya teman-teman lihat secara tidak langsung. Kami tidak ajak, teman ada yang enggak bisa digurui, hanya bisa diperlihatkan saja dan alhamdulillah banyak teman-teman yang tanya bagaimana caranya?" ungkap Nasmur.
 
Saking banyaknya pertanyaan soal kesuksesan Sekolah Penggerak, Guru Penggerak, dan Merdeka Belajar, Nasmur sampai membuat microsite sendiri. Di dalamnya tertuang hal-hal terkait itu yang bisa guru-guru pelajari secara mandiri.
 
"Ibu Ani ini juga dulu di sekolah rumah. Sekarang enggak lagi, kaget juga kita dia jadi narasumber terus," beber Nasir.

Belajar Menyenangkan, Murid dan Guru Bahagia


Melalui Merdeka Belajar, murid diajak kreatif. Pembelajaran tak monoton dan berdiferensiasi sesuai kemampuan siswa.
 
Tak cuma itu, siswa lebih banyak aktif di luar kelas. Siswa SMP Negeri 7 Makassar diajak ke tempat pengolahan sampah hingga pasar ikan.
 
Mereka juga diajak membuat proyek. Hasilnya, siswa menghasilkan hidroponik, abon, komposter pupuk, hingga agen anti-bullying.
 
Nasmur si Lelaki Panggilan, Guru Penggerak yang Giat Merdekakan Murid
Abon bikinan SMP Negeri 7 Makassar. Medcom.id/Renatha Swasty
 
Nasmur bercerita, dulu murid-murid sulit diajak berdiskusi. Ditunjuk bicara pun kadang tak mau berbicara.
 
Setelah menerapkan Merdeka Belajar, murid-murid menjadi lebih aktif. Pernah suatu kali, Nasmur meminta muridnya membuat roket.
 
Mereka diminta belajar dari YouTube, terpenting mereka paham bagaimana roket bisa terbang. Dan hasilnya luar biasa, di luar perkiraan.
 
"Anak-anak yang saya anggap selama ini diam, dia berbicara. Menjelaskan tekanan, kenapa roket bergerak, bahkan menjelaskan Hukum Newton materi minggu depannya. Keberanian berbicara mereka luar biasa," kagum Nasmur.
 
Nasmur menyebut murid jadi inisiatif mencari dan mempelajari lebih dulu materi yang akan diajarkan.  Tak cuma murid yang senang, guru juga bahagia. Ani senang bukan kepalang ketika ada pembelajaran di luar sekolah.
 
Dia tak pakai pikir dua kali, ketika sekolah mengadakan outing untuk mempelajari Kelong, sastra sejenis puisi atau pantun Makassar, yang hampir punah. Ani sengaja tak ikut membuat hidroponik atau komposter pupuk yang lebih sejalur dengan bidangnya.
 
"Kan guru juga bisa berdiferensiasi," tawa Ani.

Merdeka Belajar Perlu Jadi Gerakan


Apa yang dialami Nasmur rupanya sejalan dengan apa yang dimau Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim.  Nadiem dalam sebuah kesempatan pernah menyebut, bahwa lewat Kurikulum Merdeka dia ingin menciptakan belajar yang merdeka.
 
Selama ini, guru diatur jadwalnya, hal-hal yang harus diajarkan, bentuk tes, hingga hasil tes.  Konsekuensinya, anak-anak tidak bisa menjadi kreatif dan inovatif karena guru-guru dan kepala sekolahnya tidak diperbolehkan menjadi inovatif.
 
Dia mengakui perubahan membingungkan di awal. Apalagi, lewat Kurikulum Merdeka guru dituntut lebih inovatif. Dia meyakinkan pelajaran yang merdeka ini membuat anak-anak jauh senang.
 
Nasmur si Lelaki Panggilan, Guru Penggerak yang Giat Merdekakan Murid
Siswa SMP Negeri 7 Makassar. Medcom.id/Renatha Swasty
 
Karier di masa depan dan sekarang semuanya adalah kerja kelompok menggunakan logika dalam pemecahan permasalahan, kemampuan berkomunikasi, dan integritas.
 
Namun, keberlangsungan Merdeka Belajar berada di tangan guru-guru. Merdeka Belajar tak tergerus zaman meski mungkin nanti Nadiem tak lagi menjabat, tapi program ini bakal terlanjur menjadi sebuah gerakan.
 
"Perubahan itu tidak bisa didorong oleh menteri bahkan sangat sulit didorong kepala dinas, pemda. Ujung-ujungnya perubahan harus terjadi di masing-masing sekolah dan kalau pemimpin setiap sekolah merasa ini baik, saya rasa Merdeka Belajar akan berjaya terus berpuluh tahun ke depan," kata Nadiem dalam Dialog Penggerak di SMP Lokon St. Nikolaus Tomohon, Jumat, 6 Januari 2023.

Guru Penggerak di Jalur yang Benar


Nasmur dan Ani mulanya iseng mencoba menjadi Guru Penggerak. Nasmur sendiri mengaku kaget ketika seleksi mesti mengisi ratusan esai bahkan setelah diterima mesti menjalani Pendidikan Guru Penggerak selama sembilan bulan.
 
Namun, panggilan hati untuk melayani dan menjadikan murid merdeka lebih kuat.  Keterbatasan tak menjadi alasan keduanya berhenti bahkan ketika banyak yang meragukan.
 
Keduanya merasa telah berada di jalur yang benar ketika melihat anak-anak kini lebih bahagia. Bahkan, anak-anak senang pergi ke sekolah.
 
"Dulu waktu awal-awal pandemi, yang boleh masuk hanya yang sudah vaksin. Itu sampai ada orang tua yang tanya 'Pak, anak saya enggak bisa masuk aja?' Karena lihat teman-temannya belajar di luar sekolah mau ikutan," kenang Nasmur.
 
Bonusnya, Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2022 di SMP 7 Negeri Makassar banjir peminat. Banyak anak tertarik merasakan sekolah yang merdeka.
 
 
Baca juga: Mengintip Sekolah Penggerak SMA Plus Budi Utomo: Polisi Anti-bullying Hingga Kunci Karier

 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
 
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id

(REN)




LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif