"Persoalan PJJ yang paling jelas adalah gap digital antara Aceh sampai Papua. Kita tahu semua tersentra di Jakarta atau pulau Jawa," kata Satriwan dalam sebuah talkshow daring dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Rabu 5 Mei 2021.
Ia mengatakan masalah infrastruktur digital bukan hanya terjadi di daerah tertinggal. Kasus ini bisa ditemukan di Bogor. "11 persen sekolah di Bogor itu skemanya masih guru kunjung apalagi Nusa Tenggara Timur (NTT), Papua dan seterusnya," sebut dia.
Mengantisipasi kegagalan PJJ, pemerintah pun akhirnya membuka keran Pembelajaran Tatap Muka (PTM) secara terbatas. Namun, kata dia, masalah lain pun berpotensi muncul dengan adanya PTM terbatas.
Baca: Legislator: Vaksinasi Guru Belum Jamin Keamanan PTM
Sebab, PTM terbatas juga belum dilakukan seutuhnya. Artinya, ada siswa yang di sekolah, dan masih ada siswa yang harus mengikuti pembelajaran darng.
Menurut Satriwan, pembelajaran yang dikenal dengan metode campuran atau blended learning itu memiliki tantangan tersendiri. Terlebih, guru tak memiliki pengalaman dalam menggelar PTM dan PJJ secara bersamaan.
"Ketika kita sekolah di LPTK, metode blended learning itu tidak diberikan. Kita kan hanya disiapkan untuk tatap muka, bukan tatap muka sekaligus tatap maya," tutur dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News