Jakarta: Sebanyak 300 guru dari negara-negara ASEAN serta perwakilan Korea Selatan menghadiri ASEAN+1 Council of Teachers Convention ke-36 di Jakarta pada 2-4 September 2022. Selain itu, sekitar 300 guru dari berbagai wilayah Tanah Air menghadiri konferensi. Total, konferensi diikuti sekitar 600 guru.
ASEAN+1 Council of Teachers (ACT) merupakan perkumpulan organisasi guru di kawasan Asia Tenggara yang pembentukannya diprakarsai Indonesia pada 1978. Setiap tahun diselenggarakan pertemuan ACT dengan tuan rumah bergiliran di antara anggota untuk pertukaran pengetahuan dan pengalaman soal penyelenggaraan pendidikan. Pada 2012, organisasi guru Korea Selatan bergabung sehingga perkumpulan ini bernama ACT+1.
Indonesia seharusnya menjadi tuan rumah ACT+1 Convention ke-36 pada 2020. Namun, karena merebaknya pandemi covid-19, konferensi baru dapat diselenggarakan tahun ini di Jakarta.
Kegiatan yang berlangsung di Horel Mercure Ancol pada 2-4 September 2022 ini mengusung tema “Pulih dari Pandemi: Merancang Pendidikan Pascapandemi di Dunia yang Menyatu dengan Tekhnologi Digital” (Recovering from the Pandemic: Designing Post Pandemic Education in Digitally Infused World). Tema dipilih karena =pendidik sangat menyadari dampak pandemi covid-19 terhadap dunia pendidikan.
Sehingga, pemulihannya membutuhkan kolaborasi antara organisasi profesi guru di kawasan ASEAN+Korea Selatan. Kolaborasi ini sekaligus untuk menyusun strategi baru menghadapi berbagai tantangan yang tidak ringan pascapandemi covid-19.
Semua organisasi profesi guru peserta konferensi menyampaikan pengalaman dan sumbangan pemikirannya untuk kemajuan pendidikan, yaitu:
- Vietnam: Tantangan Mengajar Selama dan Setelah Pandemi Covid-19
- Filipina: Mengatasi Learning Loss Selama Pandemi
- Thailand: Reskilling Guru untuk Pembelajaran Pascapandemi
- Singapura: Meningkatkan Kesejahteraan Guru Setelah Pandemi
- Korea Selatan: Belajar Pemulihan Setelah Pandemi
- Indonesia: Dampak Keseluruhan Pandemi pada Guru dan Siswa
- Brunei Darussalam: Isu Manajemen Sekolah Menuju Pendidikan Pascapandemi
- Malaysia: Peran Orang Tua Selama dan Setelah Pandemi Covid-19
Pada hari pertama, semua peserta disambut resmi oleh Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Unifah Rosyidi. Kemudian, hari kedua dan ketiga peserta difasilitasi untuk saling belajar dan bertukar praktik baik serta kebijakan pendidikan dari setiap negara melalui kegiatan Country Report, Panel Discussion, dan Parallel Session.
Sesi berikutnya, diselenggarakan Panel Discussion, tiga negara ACT+1 yang ditunjuk, yaitu Indonesia, Singapura, dan Filipina mempresentasikan tentang topik Digital Ecosystem in Post Pandemic Education yang dilihat dari perspektif masing-masing negara. Sesi Paralel di hari ketiga memberikan kesempatan masing-masing negara berbagi praktik baik, mengacu kepada tema berikut.
- Menghadapi Kesenjangan Digital (Dealing with Digital Divide) oleh Filipina dan Vietnam
- Terlibat dalam Proses Baru Belajar Mengajar (Engaging with New Process of Teaching and Learning ) oleh Korea Selatan dan Malaysia
- Memberdayakan Guru untuk Mengantisipasi Pemulihan Pembelajaran ( Empowering Teachers for Anticipating Learning Recovery) oleh Thailand dan Brunei Darussalam
- Peningkatan Kemampuan Guru untuk Pembelajaran Pascapandemi (Upgrading teachers for post pandemic learning ) oleh Indonesia dan Singapura.
ACT+1 yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) sebagai salah satu organisasi profesi guru di Asia dan Dunia berusaha memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas guru dan pendidikan, baik dalam level nasional maupun internasional. Kegiatan ini juga diharapkan meningkatkan kerja sama anggota ACT+1 dalam bidang pendidikan khususnya guru.
Kegiatan ACT+1 ditutup dengan menampilkan keunikan dan budaya negara masing-masing melalui penampilan budaya dalam acara yang bertajuk Cultural Performance. Selain aktif dalam ACT+1, PGRI juga berperan aktif dalam organisasi guru se-dunia (Education International) yang beranggotakan organisasi guru dari 172 negara di dunia.
Baca juga: PB PGRI: Niat Baik Tak Cukup untuk Tingkatkan Kesejahteraan Guru |
Cek Berita dan Artikel yang lain di