Ayu Sabrina di Istana. DOK
Ayu Sabrina di Istana. DOK

Abdikan Diri di Kampus Mengajar, Ayu Sabrina dari Tak Bisa Public Speaking hingga jadi Pencerita di Istana

Ilham Pratama Putra • 08 Desember 2022 19:12
Jakarta: Program Kampus Mengajar sebagai salah satu kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), telah berhasil memberikan dampak nyata. Baik bagi peningkatan kompetensi peserta mahasiswa, maupun kemampuan literasi dan numerasi peserta didik di sekolah sasaran.
 
Sudah lebih dari 70.000 mahasiswa berhasil diterjunkan ke 15.000 Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Ada banyak kisah inspiratif dan catatan-catatan baik yang dirasakan mahasiswa yang mengikuti program ini, termasuk Ayu Sabrina, alumni program Kampus Mengajar angkatan pertama.
 
Ayu, sapaan akrabnya, merupakan satu dari beberapa peserta program MBKM yang diundang dan berbincang langsung dengan Presiden RI Joko Widodo dan Mendikbudristek RI Nadiem Anwar Makarim pada 2021. Namun, perjalanan Ayu menuju istana tak luput karena perjuangannya di program Kampus Merdeka.

Ayu lahir di salah satu desa pedalaman provinsi Jambi. Ayu kecil merasakan sulitnya akses pendidikan. Namun, karena bakatnya, Ayu mendapatkan beasiswa untuk bisa belajar di salah satu sekolah swasta di sana.
 
Titik balik ketertarikan Ayu dalam dunia pendidikan terjadi ketika dia dan keluarganya pindah dari Jambi ke Semarang, Jawa Tengah. Ayu melihat ketimpangan sangat besar, khususnya pada akses pendidikan serta ketersediaan tenaga pendidik.
 
“Semua akses di Semarang sangat berbeda dengan yang ada di pedalaman Jambi. Di Semarang, aksesnya terasa lebih mudah. Kemudian juga pembelajarannya jauh lebih baik. Karena itu, saya bertanya pada diri sendiri, kenapa ada perbedaan tersebut,” kata Ayu dalam laman dikti.kemdikbud.go.id, dikutip Kamis, 8 Desember 2022.
 
Meskipun akses pembelajaran di Semarang jauh lebih baik dari sebelumnya, namun Ayu merasakan tekanan lain di mana dia juga sempat menjadi korban perundungan di sekolahnya. “Saya dirundung karena pada waktu itu saya tidak punya rasa percaya diri dalam public speaking. Bahkan berbicara dengan lawan bicara saja saya sudah gemetar,” cerita dia.
 
Sejak saat itu, Ayu menjadi tertantang untuk terus mengasah kemampuan public speaking-nya dan pada saat bersamaan juga mulai aktif mengikuti berbagai kegiatan sosial. Hingga akhirnya mendapatkan informasi mengenai pembukaan pendaftaran program Kampus Mengajar angkatan pertama.
 
“Saya mengikuti salah satu kegiatan sosialisasinya dan merasa terpanggil untuk ikut terlibat dalam masa pemulihan pendidikan pasca pandemi covid-19. Tanpa pikir panjang saya langsung mendaftar dan alhamdulilah diterima sebagai peserta yang ditugaskan di SDN Kuwarasan 1, Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang," beber dia.
 
Melalui program Kampus Mengajar, Ayu terkejut karena ternyata di daerah Jawa masih ada sekolah yang masih membutuhkan bantuan. Hal ini tentu kontradiktif dengan pandangannya sejak kecil.
 
Ketika bertugas, Ayu menceritakan anak-anak yang terdampak pandemi terlihat kesulitan dalam belajar. Khususnya karena selama pelaksanaan Pelaksanaan Jarak Jauh (PJJ), orang tua mereka tidak mendampingi secara penuh waktu karena harus bekerja.
 
Hal tersebut selaras dengan apa yang pernah disampaikan oleh pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Nizam. Menurutnya, program Kampus Mengajar menjadi alternatif yang diberikan oleh pemerintah dalam menghadapi learning loss akibat pandemi.
 
“Program Kampus Mengajar yang lahir di tengah masa pandemi ini hadir tepat waktu di saat kita mengalami apa yang kita kenal dengan learning loss karena anak-anak kita banyak yang harus belajar melalui pembelajaran daring. Maka untuk mengatasi learning loss tersebut, Kampus Mengajar ini menjadi salah satu penguat dan jembatan untuk mengatasi learning loss tersebut,” ujar Nizam.
 
Oleh sebab itu, Ayu dan teman-teman kelompoknya merencanakan berbagai program asistensi pembelajaran inovatif. Dia bersama tim mengupayakan pembelajaran menyenangkan untuk mengejar learning loss yang dialami murid.
 
Sementara itu, Ayu memiliki program individu berupa kelas public speaking. Program tersebut berangkat dari pengalamannya dan bertujuan membangun kepercayaan diri peserta didik di sekolah penugasan.
 
Berbagai program yang dijalankan oleh Ayu dan kawan-kawannya mendapat sambutan hangat dari pihak sekolah. Secara bersamaan, dampak yang diberikan Ayu membuatnya berhasil menerima undangan untuk langsung berbincang dengan Presiden RI dan Mendikbudristek RI.
 
Ayu juga bercerita setelah perbincangan di istana tersebut, Mendikbudristek menyampaikan apresiasi secara pribadi atas kemampuan public speaking Ayu dalam menceritakan pengalamannya di hadapan Presiden RI. Akhirnya, kekurangan yang dimiliki Ayu, malah menjadi modal semangat serta menjadi inspirasi dan mengantarnya ke istana.
 
Baca juga: Pengabdian Hafzah, Mahasiswa UNY yang Mengajar di Lereng Gunung Merapi

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan